tag:blogger.com,1999:blog-51615862344816778492024-02-07T06:05:44.967-08:00KUMPULAN CERITA SEXKumpulan cerita sex, foto sex, video sex, dan artikel-artil yang terkait dengan sex.U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.comBlogger44125tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-74701169654983186042011-12-18T11:19:00.000-08:002011-12-18T11:20:24.632-08:00gkhkjmjuiojm,<span class="fullpost"> hjkhiumhiuhihjhl </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-74198264013482388792011-11-02T13:27:00.002-07:002011-11-02T13:27:27.950-07:00Penetration Of Cute 18 Years Old Girl - Free Porn Videos, Sex Movies - Hardcore Porn - DrTuber.com<a href="http://www.drtuber.com/video/149228/penetration-of-cute-18-years-old-girl#.TrGneMOry8I.blogger">Penetration Of Cute 18 Years Old Girl - Free Porn Videos, Sex Movies - Hardcore Porn - DrTuber.com</a>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-20386193695270095942011-11-02T13:27:00.001-07:002011-11-02T13:27:20.561-07:00Teen loves it<a href="http://www.pornerbros.com/49837/teen-loves-it.html#.TrGniUctHBY.blogger">Teen loves it</a>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-42714053264112154882011-11-02T13:27:00.000-07:002011-11-02T13:27:12.157-07:00Watch This Sexy 18 Year Old Girl - Free Porn Videos, Sex Movies - Blonde, Teen Porn - DrTuber.com<a href="http://www.drtuber.com/video/156426/watch-this-sexy-18-year-old-girl#.TrGnhlaWHCw.blogger">Watch This Sexy 18 Year Old Girl - Free Porn Videos, Sex Movies - Blonde, Teen Porn - DrTuber.com</a><br /><br /><span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-70358273893397379992011-11-02T13:15:00.002-07:002011-11-02T13:16:42.419-07:00Mirella Ice-Cream @ H2Porn<a href="http://h2porn.com/videos/mirella-ice-cream/#.TrGkyfhfn2E.blogger">Mirella Ice-Cream @ H2Porn</a><br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-72780312495378543422011-11-02T13:15:00.001-07:002011-11-02T13:16:20.957-07:00Delicate Young Girl Gets Pounded In Her Ass - Free Porn Videos, Sex Movies - Hardcore, Teen, Young Porn - DrTuber.com<a href="http://www.drtuber.com/video/117054/delicate-young-girl-gets-pounded-in-her-ass#.TrGkxcukT2k.blogger">Delicate Young Girl Gets Pounded In Her Ass - Free Porn Videos, Sex Movies - Hardcore, Teen, Young Porn - DrTuber.com</a><br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-83369078541617706962011-11-02T13:15:00.000-07:002011-11-02T13:15:08.172-07:00Very Very Hot Real Teens - Must See - Free Porn Videos, Sex Movies - Porn - DrTuber.com<a href="http://www.drtuber.com/video/94678/very-very-hot-real-teens-must-see#.TrGkwFNFYy8.blogger">Very Very Hot Real Teens - Must See - Free Porn Videos, Sex Movies - Porn - DrTuber.com</a><br /><br /><span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-3220622335360028882011-11-02T13:14:00.000-07:002011-11-02T13:20:06.991-07:00Young wife enjoys sex<a href="http://www.redtube.com/41147#.TrGkGE6nUiM.blogger">Young wife enjoys sex</a>: Young wife enjoys sexU A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-7009195122885569452011-11-02T10:52:00.000-07:002011-11-02T10:58:56.429-07:00Amateur - Russian FMM DP and more @ H2Porn<a href="http://h2porn.com/videos/amateur-russian-fmm-dp-and-more/#.TrGDZP7G-Bw.blogger">Amateur - Russian FMM DP and more @ H2Porn</a><br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-90737295502231720582011-11-02T10:51:00.000-07:002011-11-02T10:57:14.457-07:00Beautiful girl) - Pornhub.com<a href="http://www.pornhub.com/view_video.php?viewkey=321723719#.TrGCnx2cYf4.blogger">Beautiful girl) - Pornhub.com</a><br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-31214117229607442972011-10-27T03:19:00.000-07:002011-10-27T06:13:17.970-07:00Cerita Seks Treesome Lesbian Vera Dan Teman Cowoknya<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks ini kualami secara tidak sengaja, ketika aku menceritakan cerita seks ini aku sudah menjadi maniak seks lesbian, dan kurasakan seks sejenis itu sungguh luar biasa nikmatnya. Hal ini membuatku ketagihan seks, meskipun awalnya kualami itu aku merasakan sangat tidak nyaman namun lama-kelamaan aku merasakan juga kenikmatan dalam berhubungan seks. Hingga akhirnya bisa kuceritakan cerita dewasa seks ini. Ok kenalin dulu ya, nama saya Dinda, sebenarnya itu bukan nama asli saya. menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada dasarnya saya juga senang ML.<span class="fullpost"> Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.</div><div style="text-align: justify;">Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.</div><div style="text-align: justify;">Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..</div><div style="text-align: justify;">“Gile, jembut Dinda lebat banget”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.</div><div style="text-align: justify;">“Dicukur dong Dinda, enggak malu tuh sama celana dalam?” kata Angki.</div><div style="text-align: justify;">“Gue belum pernah cukur jembut” jawabku.</div><div style="text-align: justify;">“Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kurang pendek, Dinda. Abisin aja” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Nggak berani, takut lecet” jawabku.</div><div style="text-align: justify;">“Sini gue bantuin” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.</div><div style="text-align: justify;">“Bagus kan?” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.</div><div style="text-align: justify;">“Dinda, elo masih perawan ya?” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Iya, kok tau?”</div><div style="text-align: justify;">“Vagina elo rapat banget” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ooh, Vera, geli ah”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“memek kamu wangi”</div><div style="text-align: justify;">“Jangan Vera” pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya. Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera. Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang. Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6″ kata Nia.</div><div style="text-align: justify;">“Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh” kata Angky.</div><div style="text-align: justify;">“Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin ****** dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo” kata saya sambil tersenyum.</div><div style="text-align: justify;">“Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny” kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Eh Dinda, beneran nih elo sering mikirin Alex?”</div><div style="text-align: justify;">“Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?” tanya saya.</div><div style="text-align: justify;">“Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Pernah kepikiran enggak mau ML?” Vera kembali bertanya.</div><div style="text-align: justify;">“Hah? Dengan siapa?” tanya saya terheran-heran.</div><div style="text-align: justify;">“Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu”</div><div style="text-align: justify;">“Ah gila loe Vera” jawab saya.</div><div style="text-align: justify;">“Mau enggak?” desak Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Terus kamu sendiri gimana?” tanya saya dengan heran.</div><div style="text-align: justify;">“Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Ya boleh aja deh” kata saya dengan deg-degan.</div><div style="text-align: justify;">“Mau sekarang di rumahku?” kata Vera.</div><div style="text-align: justify;">“Boleh”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Halo Dinda” kata Alex sambil tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.</div><div style="text-align: justify;">“Hayo, langsung aja. Jangan grogi” kata Vera bagaikan germo.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C. Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan. Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur. Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanj*ng bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kont*l Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kont*l Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kont*l Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kont*l itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.</div><div style="text-align: justify;">Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ******* dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kont*l Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kont*l Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kont*l Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.</div><div style="text-align: justify;">“Aduh, tunggu dong, sakit nih” keluh saya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. kont*l Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.</div><div style="text-align: justify;">“Kamu diam aja, enggak usah bergerak” katanya dengan galak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jangan galak-galak dong, takut nih Dinda” kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.</div><div style="text-align: justify;">Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kont*l Alex.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kont*l Alex yang masih berdiri tegak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ******* dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi *******, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.</div><div style="text-align: justify;">Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kont*l Alex.</div><div style="text-align: justify;">Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kont*l Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ******* dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kont*l Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.</div><div style="text-align: justify;">Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.</div><div style="text-align: justify;">****</div><div style="text-align: justify;">Itu adalah pengalaman seksku yang sangat berkesan. Bertahun-tahun kemudian saya sering horny tetapi saya harus memendam perasaan itu karena belum tahu cara melampiaskannya. Dan sekarang saya merasa senang sekali karena akhirnya bisa merasakan kenikmatan bersetubuh baik dengan pria maupun wanita. Masing-masing ternyata mempunyai kenikmatan tersendiri.</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-7478039550588330042011-10-27T03:15:00.000-07:002011-10-27T06:13:23.211-07:00Cerita Main Seks Terbaru<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks, sebuah cerita yang mengagumkan sekaligus menggairahkan bagi setiap pembaca disini, kisah seks yang mungkin bisa membuat anda para pembaca terhanyut dalam imajinasi panas sehingga andapun juga bisa sedikit merasakan kenikmatannya, cerita seks terbaru yang coba dihadirkan kali ini adalah tentang nikmatnya main seks dengan suster rumah sakit, sebuah cerita seru yang berawal dari ketidaksengajaan yang berbuah manis. Ok begini ceritanya..<span class="fullpost"> Suatu siang saat aku melintas dengan mobilku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya aku melihat sebuah perkelahian… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya… dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat. Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya Anton. Yang ngga’ jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya… sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi… aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku… dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar… sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah kakiku yang terjulur… ngga’ ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tendangan mautku… sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi… mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Makasih ya Joss… kalo ngga’ ada kamu kali Anton sudah… ” katanya sambil menitikkan air mata…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?” tanyaku penasaran. ”</div><div style="text-align: justify;">Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame” jawab Mita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kak Jossy yang luka apanya saja ?” tanya Mita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tau nih… rasanya ngga’ keruan ” jawabku… ” Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga’ bisa gerak banyak… kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau ” lanjutku pada Mita.</div><div style="text-align: justify;">“Permisi ya Kak” kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips… mungkin patah kena stick soft ball.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis sejati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mita sini aku mo bilangin kamu ” kataku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga’ ?” kataku berbisik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Serem ” bisiknya bales.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin ngga’ kuat lagi nahan nangis… ” kataku.</div><div style="text-align: justify;">” Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? ” tanyanya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering lukanya. ” jawabku.</div><div style="text-align: justify;">Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Kok perbannya sampe gini… lukanya kaya’ apa ? ”</div><div style="text-align: justify;">” Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab pertanyaan Dian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku… terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sorry… ngga’ tau…. ”</div><div style="text-align: justify;">” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? ” goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu.</div><div style="text-align: justify;">Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… ” Lho… kok digips ?”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Iya patah tulangnya kali ” jawabku asal untuk menenangkan pikirannya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah. Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kak Joss… anunya bangun ” bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… ” “Supaya Mita ngga’ ngelihat ” bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk… aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya. “Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat… ” kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar ruangan… ” “Kak Joss…. nakal sekali anunya ya ” bisik Dian… aku balas dengan ciuman di pipinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar lupa sakitnya… ” pintaku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya dech… ” jawab Dian langsung mengurut meriamku… dari luar selimut… biar ngga’ nyolok dengan pasien lain… walaupun antara ranjang ada penyekatnya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ian… dari dalem aja langsung… biar cepetan…. ” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya… lama juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga’ tahan lagi dan crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar…</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo pulang…. ” pamit Dian… ” Sudah keluar khan… ” bisiknya pada telingaku… cup… pipiku diciumnya… ” Cepet sembuhnya… besok aku tengok lagi ” Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di sini gerah ” pintaku pada mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Habis gini mandi ya ” kata suster perawat sehabis mendorongku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tidak lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal yang mengagetkannya…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… Dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kok… kayaknya habis orgasme ya ? ” tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga’ biasa ” kataku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ini kepalanya besar sekali… baru kali ini saya lihat kaya’ gini besarnya”</div><div style="text-align: justify;">“Sus… enak dimandiin gini… ” kataku memancing.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya’nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Enak Mas… kalo diginikan ? ” tanyanya dengan lirikan nakal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe keluar… ” kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga’ ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan… pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… ” kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku.</div><div style="text-align: justify;">Selesai acara mandi….</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Nanti malam saya kasih yang lebih hebat ” begitu katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tidurku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku.</div><div style="text-align: justify;">Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ngga’ salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga ” demikian komentarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kenapa Sus ? ” tanyaku ngga’ jelas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Hmmm… gimana ya rasanya ? ” gumamnya tanya meminta jawaban.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia minta</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mas… masih sakit ngga’ badannya ? ”</div><div style="text-align: justify;">” Kenapa Sus ? ” tanyaku bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba…</div><div style="text-align: justify;">Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi ”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut lukaku sakit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36… kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup menggenggamnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…</div><div style="text-align: justify;">Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga’ ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini… kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata….</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… ” demikian kata salah seorang dari mereka…</div><div style="text-align: justify;">“Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.</div><div style="text-align: justify;">Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku…</div><div style="text-align: justify;">Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.</div><div style="text-align: justify;">Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.</div><div style="text-align: justify;">Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku…. sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya’ ular.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya….</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku tekan lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus… kaya’nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya… aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku didekapnya erat sekali… dan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Adu…..uh enak sekali… ” demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat” kata suster yang hitam.</div><div style="text-align: justify;">“Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik.</div><div style="text-align: justify;">“Kalo itu dibuat system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga’ keroyokan kaya’ semalem ).</div><div style="text-align: justify;">Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.</div><div style="text-align: justify;">Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari kedua</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Aku mo minta tolong Ian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku ngga’ bisa self service ” demikian kataku membuka acara… dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga’ dapet cewek buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi bales jasa kaya’ya… atau dia mulai suka ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya’nya dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya.</div><div style="text-align: justify;">Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm… dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga’ sadar bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya…</div><div style="text-align: justify;">Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Awas ya… nakal sekali ” kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Satunya belum Sus,” kataku menggoda…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Enak aja… geli tau ?” jawabnya sewot.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Nanti saya cubit baru tau ” lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi terangsang… “Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar” kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu… jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… “Siapa ini ? Kok tangannya halus… dingin dan kecil… Siapa ni ? ” kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mana Mita ?” tanyaku…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Lagi ketempat dosennya mo ngurus skripsi” jawab Mita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku penasaran.</div><div style="text-align: justify;">“Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.</div><div style="text-align: justify;">Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kenapa Kak ?” aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja…</div><div style="text-align: justify;">“Pusing ya ?” tanyanya lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya ni… penyakit biasa” kataku makin berani… kali bisa…</div><div style="text-align: justify;">” Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.</div><div style="text-align: justify;">“Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu….</div><div style="text-align: justify;">“Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… Mita malu Kak… ”</div><div style="text-align: justify;">“Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil…”</div><div style="text-align: justify;">“Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku.</div><div style="text-align: justify;">“Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku dan diapun pindah kehadapanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat.</div><div style="text-align: justify;">Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.</div><div style="text-align: justify;">Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar…</div><div style="text-align: justify;">“Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ”</div><div style="text-align: justify;">“Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diapun kembali… mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga… saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya… melalui celah kancing atasnya.</div><div style="text-align: justify;">Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe keluar… biar aku ngga’ pusing nanti ” kataku nafsu menyambut kemajuannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku.</div><div style="text-align: justify;">” Masukin saja Mit… ” kataku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi…</div><div style="text-align: justify;">Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.</div><div style="text-align: justify;">” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku…</div><div style="text-align: justify;">Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… ” Sorry Joss… aku baru bisa dateng sekarang… ngga’ dapet pesawat soalnya ” kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny…</div><div style="text-align: justify;">“Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda.</div><div style="text-align: justify;">“Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini ?” tanya Winny…</div><div style="text-align: justify;">“Lha kalian tau aku di sini dari mana ?” tanyaku bingung.</div><div style="text-align: justify;">“Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong” kata Kak Wenda.</div><div style="text-align: justify;">“Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu sammy di sana” kata Winny.</div><div style="text-align: justify;">“Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit ” kata Winny lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore… pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita kaya’ gini.</div><div style="text-align: justify;">Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga…Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.</div><div style="text-align: justify;">Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama… mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi…</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-53894078126740852562011-10-27T03:05:00.000-07:002011-10-27T06:14:13.459-07:00Cerita Seks Nikmatnya Cewek Arab Yang Manis<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks. Cerita ini adalah cerita yang terjadi saat aku berada di kota arab, cerita seks ini berawak saat aku sedang ada tugas dari atasan untuk menjalankan proyek disana, cukup lama juga sih sehingga aku mempunyai kesempatan melakukan seperti itu juga. Cerita dewasa seks ini sungguh membuat ku ingat banyak hal, ternyata cewek arab mantab juga. Ok begini ceritanya, singkat kata waktu itu aku udah di negara arab, setelah bertemu dengan para pejabat yang berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan kami, maka Direktur tersebut pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan lain di Jakarta. Tinggalah aku disana mengurus semua perijinan sendirian saja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi, aman, dan transport untuk kemana-mana relatif mudah. Aku mendapat kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut.<span class="fullpost"> Setiap sore sambil beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel. Kadang-kadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mereka heran selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena surat-surat yang diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah penuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tiba-tiba harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat terpaksa naik kapal laut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sore itu aku ngobrol dengan security, yang membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-duduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam. Kubilang aku kurang puas dengan permainannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya ke arahku.</div><div style="text-align: justify;">” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab punya,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Anis, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata security itu.</div><div style="text-align: justify;">“Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi. Ternyata namanya Anis. Anis berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang makan disana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa tahu cocok dan jadi,” kata security tadi kepadaku.</div><div style="text-align: justify;">Aku berjalan dan duduk didekat Anis. Kuulurkan tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Anis,” jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di kampung.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.</div><div style="text-align: justify;">“Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali pembicaraan.</div><div style="text-align: justify;">“Panggil saja namaku, A…N…I…S, Anis,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Anis berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping membusung padat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku. Di dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke ranjang sambil nonton TV. Anis masuk ke kamar mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Anis seorang janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya namun Anis tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada tanda-tanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan perlahan-lahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa kamu, Jokaw ?” Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas ciumanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ayolah Anis, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang laki-laki,” kataku mulai merayunya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.</div><div style="text-align: justify;">“Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arab-mu itu, namun aku bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam”.</div><div style="text-align: justify;">Ia menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas ciumanku dengan berapi-api. Tangannya meremas kejantananku yang masih terbungkus celana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam keadaan polos.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku dan menggerakan mulutnya maju mundur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aliran kenikmatan segera saja menjalari seluruh tubuhku. Tangannya menyusup ke bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang dan berwarna kemerahan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemaluannya terlihat sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir vaginanya. Lubang vaginanya terasa sempit ketika lidahku mulai masuk ke dalam vaginanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya, sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke lantai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan, “Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan vaginanya di mulutku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat vaginanya dalam posisi demikian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang vaginanya. Tanganku memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka bra-nya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangannya menggenggam erat penisku dan mengarahkan ke lubang vaginanya. Beberapa kali kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan vaginanya sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penisku sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga menembus vaginanya. Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk mengambilnya, Anis kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk memakai kondom.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kukocokkan penisku sebentar untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-lebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya.</div><div style="text-align: justify;">“Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,” rintihnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepala penisku sudah melewati bibir vaginanya. Kudorong sangat pelan. Vaginanya sangat sempit. Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya pen*s suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku berpikir bagaimana caranya agar pen*s suaminya bisa menembus vaginanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong vaginanya. Aku merasa dengan kondisi vaginanya yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol duluan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku. Anis bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengus-dengus dan bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur. Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada permainan ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Anis sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan telingaku.</div><div style="text-align: justify;">“Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi.. Aku..”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Anispun semakin liar. Akupun mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas badai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami. Suaranya berderak-derak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan.</div><div style="text-align: justify;">Semenit kemudian..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Anis memekik.</div><div style="text-align: justify;">Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!”</div><div style="text-align: justify;">Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.</div><div style="text-align: justify;">“Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding vaginanya saling berbalasan dengan denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-sisa denyutan masih terjadi badannya menggetar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari vaginanya. Sebagian sperma mengalir keluar dari vaginanya di atas perutku. Anis berguling ke samping setelah menarik napas panjang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup membawaku terbang ke angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Akupun rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar laki-laki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu. Milikmu benar-benar sempit,” kataku balas memujinya.</div><div style="text-align: justify;">Memang kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot saja, teknik bro!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?”</div><div style="text-align: justify;">“Nggak ah, asli Indonesia lho..”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus tanpa lengan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam.</div><div style="text-align: justify;">Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?”tanyaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya.” katanya enteng.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia menjadi teman tidurku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Hmmhh..,” ia bergumam.</div><div style="text-align: justify;">“Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin,” kataku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.</div><div style="text-align: justify;">“I want more, honey!” kataku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kami bersama-sama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Anis di ranjang. Kubuka kausku dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan jariku bibir vaginanya kubuka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bibirku segera menyorongkan es batu ke dalam vaginanya yang merah merekah. Ia terkejut merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan dengan tanganku.</div><div style="text-align: justify;">“Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw!” ia berteriak.</div><div style="text-align: justify;">Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es batu di dalam vaginanya membuatnya sangat terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir vaginanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jokaw.. Maniak kamu..,” ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.</div><div style="text-align: justify;">Kadang es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh bagian vaginanya. Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan perasaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjaga-jaga akan kuransang dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika bermain dengannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya.</div><div style="text-align: justify;">Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama. Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas payudaranya sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku. Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya sambil diremas-remas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya. Anis kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan menggesekannya pada bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-hati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera berciuman dengan ganas sampai terengah-engah. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku.</div><div style="text-align: justify;">“Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangannya menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka lebar-lebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hati-hati kucoba memasukan penisku kedalam liang vaginanya. Masih sulit juga untuk menembus bibir vaginanya. tangannya kemudian membuka bibir vaginanya dan dengan bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke vaginanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitu melewati bibir vaginanya, maka kurasakan lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan dengan gerakan maju mundur dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam liang vaginanya.</div><div style="text-align: justify;">Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar pelumasan pada vaginanya lebih banyak. Ketika kurasakan vaginanya sudah lebih licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kupercepat gerakanku dan Anis bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi dengan cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam vaginanya. Kugenjot lagi vaginanya dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi kegiatannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku menusuk vaginanya dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini, Anis semakin keras berteriak dan sebentar-bentar mengejang. Vaginanya terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot vaginanya. Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras. Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan bibirku. Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang masuk ke dalam rongga mulutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kami berguling sampai Anis berada di atasku. Anis menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong kenikmatannya.</div><div style="text-align: justify;">“Ouhh.. Anis,” desahku setengah berteriak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot sebuah pusaran.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi tersendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa nikmat sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.</div><div style="text-align: justify;">Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anis kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat berselang-seling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh rahimnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Anis menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak menghentak-hentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.</div><div style="text-align: justify;">“Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku bangkit dan duduk memangku Anis. Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai mentok.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia merintih-rintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Iapun berteriak dengan keras setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak dan matanya seperti mau menangis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kukembalikan kakinya pada posisi semula.</div><div style="text-align: justify;">Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk satu posisi lagi.</div><div style="text-align: justify;">kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua kakinya dengan kakiku. Vaginanya semakin terasa keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu. Anis kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan semakin lama semakin cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul. Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah berbaur dengan keringatnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.</div><div style="text-align: justify;">Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah gigitan hinggap pada bahuku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam vaginanya. Gelombang-gelombang kenikmatan terwujud lewat denyutan dalam vaginanya bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-akan saling meremas dan balas mendesak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersama-sama sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Anis.. Ouhh.. Yeaahh!!”</div><div style="text-align: justify;">“Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam vaginanya. Kutekan penisku semakin dalam di vaginanya. Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding vaginanya berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-ku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap otot PC-ku kugerakkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Napas dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar putus-putus, dan dengan sebuah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengal-sengal yang berangsur-angsur berubah menjadi teratur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lima belas menit kemudian kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan Anis menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan sia-sia. Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan menjadi acara kami berdua.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kapan kesini lagi, Pak? kalau Anis nggak ada, nanti akan saya carikan Anis yang lainnya lagi,” bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara.</div><div style="text-align: justify;">Anis mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat tingkah kami.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya Anis tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang Anis berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang diberikannya masih di bawah Anis.</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-62114728883781942432011-10-27T02:35:00.000-07:002011-10-27T06:13:22.669-07:00Cerita Seks Dengan Pramugari Bohai Dari Bandung<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks ini terjadi beberapa waktu lalu, sungguh pengalaman seks yang luar biasa bagi saya pribadi, karena cerita seks dalam kisah seks yang saya lakukan terjadi disebuah pesawat terbang yang sedang melayang, namanya saja pramugari tentu saja kerjanya di udara mulu dan seks yang dilakukan pun juga di udara, hahah. Namun benar, pengalaman seks yang satu ini memang luar biasa, sensasi yang kudapatkan pun juga sangat luar biasa, begini cerita selengkapnya, waktu itu aku sedang dalam sebuah perjalanan menuju US atau amerika untuk keperluan bisnis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mungkin ini keberuntungan ku kali ya, karena aku dilahirkan menjadi anak orang kaya dan mengurusi bisnis yang diluar negri sehingga aku sering pergi ke luar negri untuk tujuan bisni, saat itu aku dudu di sebuah kursi bisnis, tak lama setelah aku merasa bosan terbang, karena waktunya sangat lama kudengar suar merdu di telingaku..<span class="fullpost"> ” Excuse me, sir… ” sebuah suara halus menyapaku dengan ramah. Ternyata seorang pramugari muda berwajah manis sedang tersenyum padaku. ” Are you from upper deck? ” Aku mengangguk, ” Yeah… why? ” aku mengintip name tag di dadanya.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Yuliana Sastri… wah nama indonesia nih ! ” I am just checking to see whether you need anything, because you have been looking out for quiet a long time… ” jawabnya dengan sopan. ” Dari Indonesia ya kamu? ” todongku. ” Lho… iya ! Bapak dari Indo juga? ” tanya lagi. ” Uh kok Bapak sih… belum juga tua, kok dipanggil Bapak… panggil nama aja… aku Joe… ” ” Oh… saya Lia… Bapak eh… kamu mau ke LA ya? ” kemudian kami ngobrol ngalor ngidul selama tigapuluh menit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia sudah tinggal di luar negeri selama lebih dari empat tahun. Aslinya dari Bandung. Umurnya baru 23. Belum punya pacar katanya. Kami ngobrol sambil berdiri, lalu tiba-tiba seorang pramugari lain menghampirinya dan sementara mereka mengobrol, aku mengambil segelas wine yang disiapkan di galley (dapur) mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Yah… aku ditinggal sendiri deh, hehe… ” katanya setelah temannya pergi. ” Lho, kenapa? ” ” Jam istirahat… tadi aku uda istirahat 3 jam… dan habis ini giliran shift kedua istirahat. mestinya berdua-berdua, tapi supervisorku katanya migraine jadi dia istirahat di first class. Mungkin 2 jam lagi baru balik. Untung aja gak penuh… ” ” Oh… gitu… ya… gapapa deh… aku temani… aku bosen banget dari tadi di atas… sebelahku oom gendut yg ngorok melulu lagi… ”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lia tertawa. Manis sekali wajahnya kalau tertawa. Dan aku mulai meneliti tubuhnya. Sekitar 165 cm, berat badannya mungkin 55 dan kulitnya putih sekali seperti orang Jepang. ” Kamu beneran nih belum punya cowok?” tanyaku iseng. ” Lagi ga ada… soalnya cowok terakhir membosankan banget. Dia ga fun dan old fashion… ”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lalu ia mulai bercerita tentang mantannya yang masih menganut adat kuno, yang ga suka clubbing, pesta, minum dan tentu saja seks. Wajahnya memerah ketika ia bercerita. ” Maaf ya, aku kok jadi cerita kayak gini… hihi… habis memang mantanku itu orangnya aneh. Atau mungkin dia ga tertarik sama aku ya… mungkin aku terlalu jelek ya… ” katanya menerawang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Gak, kok… kamu cantik banget… dan… ” aku menatap matanya, ” seksi… bodi kamu seksi banget. Daritadi aku membayangkan bodi kamu di balik seragam itu… ” tambahku dengan berani. Mungkin aku mulai mabuk karena dua gelas white wine. ” Masa? Kamu boong ya… Joe… aku kan ga seksi. Toketku aja cuma 34B, hmmm ga seksi sama sekali deh… ” Aku menatapnya dengan penuh napsu. 34B, boleh juga… ” Kalau kamu kasi aku liat, aku mungkin bisa menilai apa bodi kamu seksi beneran atau gak… ” tantangku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lia tampak terkejut. Tapi ia lalu melihat ke kiri ke kanan, sekeliling kami agak gelap karena semua penumpang kelas bisnis nampaknya tengah terlelap. Ia tersenyum padaku ,” Beneran nih? ” ” Sumpah… ” Lalu Lia memberi isyarat agar aku mengikutinya. Ia lalu mulai berjalan ke arah toilet untuk orang handicapped, yang lebih luas daripada toilet biasa. Ia menarikku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Di dalam toilet ternyata lebih bising daripada di luar, mungkin karena suara mesin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku langsung membuka seragam pramugarinya yang bagian atas. Dan tampaklah dadanya yang indah menantang. Ia memakai bra seksi tanpa busa berwarna hitam, putingnya tampak tegang dari balik bra itu. ” Lia… kamu seksi banget… ” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum berlipstick pink. Lia membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding toilet. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya dari luar bra nya. Lia mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Aku lalu berusaha menarik roknya sampai lepas, dan kini tampaklah tubuh ramping seksinya. Tinggalah celana dalam dan bra berwarna hitam transparan serta sepatu hak tingginya. Ia tampak amat seksi. ” God, u re so sexy, baby… ” bisikku di telinganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lalu tanganku langsung sibuk membuka kaitan bra nya, dan menciumi lehernya yang indah.Lia mulai meraba bagian depan celana jeansku, dan tampak senang menyentuh bagian itu sudah tegang. Setelah branya lepas, aku langsung menciumi seluruh payudaranya. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena siapa saja bisa mengetuk pintu toilet, dan itu membuatku bergairah. Lia mulai berusaha membuka ikat pinggangku, dan kemudian melorotkan celanaku sampai ke lantai. Ia menyentuh kont*lku yang keras dari balik boxer kainku, dan mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Lia ke westafel dan kubuka celana dalamnya. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Mungkin ia suka bikini waxing seperti cewek-cewek di luar pada umumnya. Kujilati mem*knya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat. Mungkin memang benar dia terlalu hyper, makanya mantannya bosan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kumasukan dua jari tanganku ke dalam mem*knya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan ada orang yg mendengar dari luar. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati mem*knya. ” Ahhh… ahhh… I’m gonna come… Arghhhh… uhhh… yes… yes… baby… ” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok mem*knya. Semenit kemudian, Lia benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, dan mencopot boxerku dengan cepat. Ia duduk bersimpuh dan mengulum kont*lku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Lia melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok kont*lku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Lia tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh… gitu Joe… gigit seperti itu… I feel ******.. ” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Lia makin terangsang. kont*lku terus memompa mem*knya dengan cepat, dan kurasakan mem*knya semakin menyempit… ” gila… mem*k lo kok menyempit gini, sih Lia… Oh… gila… ” Ia tersenyum senang. Mungkin ia suka latian body language, soalnya dulu mantanku yang guru BL, bisa mengatur mem*knya jadi sempit jadi gini, dengan latihan rutin. kont*lku keluar masuk mem*knya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Lia merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Ah joe… You’re so… soo… Ohh… i am gonna come… i m gonna come… again… Arghhh… Ohhhhh uhhhhhh… ” Lia orgasme untuk kedua kalinya dan terkulai ke bahuku. Karena aku masih belum keluar, aku mencabut kont*lku dari mem*knya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap westafel. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Lia tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk kont*lku ke mem*knya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan. Make upnya luntur karena keringat, tapi tubuh seksinya tampak sangat indah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku mulai memompa mem*knya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. ” yeah… I am your bitch… fu*k me real hard… please… ”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Buset… ga nyangka penampilan manisnya ternyata hanya di luar. Aslinya dia kasar dan gila seks, kaya bule di bokep aja, pikirku makin terangsang. kont*lku makin cepat menusuk2 mem*knya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Lia naik turun sesuai irama kocokanku, dan aku semakin horny melihatnya menggumamkan kata-kata kasar. kont*lku semakin tegang dan terus menghantam mem*knya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat. ” Ah… baby… yeah… oh yeah… ” kont*lku terasa makin becek oleh cairan mem*knya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Lia… aku juga mau keluar nih… ” ” oh tahan dulu… kasih aku… kont*lmu… tahan!!!!” Lia langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok kont*lku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Lia menyedot kont*lku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung kont*lku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok kont*lku dengan gerakan makin pelan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Lia berlutut dan menjilati seluruh kont*lku dengan rakus. ” Kamu takut gak, kalau aku bilang, aku suka banget sama sperma cowok ?” bisiknya dengan suara manis sekali. Di sela-sela engahanku, aku menggeleng penuh kenikmatan. Gila kali mantannya, ga mau sama cewek hot begini… !!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah Lia menjilat bersih kont*lku, ia memakaikan celana jeansku, lalu memakai seragamnya sendiri. Ia membuka kompartemen di belakangnya, dan mengeluarkan sisir dan makeupnya dari sana. Dalam waktu 5 menit, ia sudah tampak seperti pramugari manis yang tadi pertama kulihat, bukan wanita gila seks seperti barusan. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu toilet.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">” Baiklah, Pak Joe… saya harus siap-siap untuk meal service berikutnya, mungkin Bapak mau istirahat sejenak? ” godanya dengan nada seksi. Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Sebelum aku ke upper deck, kucubit pantatnya dan ia memberiku ciuman yang sangat panas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Habis flight itu, ia memberiku nomer telpon hotelnya di LA, dan kami ngeseks gila-gilaan tiap hari. Ternyata Lia sangat hyper sex dan bisa orgasme sampai sembilan kali seharinya. Sedangkan aku hanya mampu bucat 2 kali sehari. Dalam flight kembali ke LA, aku mengupgrade kursiku ke first class , karena ia bertugas di first class. Dan sekali lagi kami have sex di toilet, dan kali ini hampir ketauan teman kerjanya. Kami masih sering ketemu sampai hari ini. Kalau aku ke kota dimana dia tinggal.</div><div style="text-align: justify;">Pacarku? Masih jalan juga lah… jadi punya dua cewek, deh…</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-69933360028552774512011-10-27T02:31:00.000-07:002011-10-27T06:13:26.047-07:00Cerita Ngeseks Cewek Operator Binal<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks. Cerita ini sunggu sebuah cerita yang mantab, seks nikmat yang kualamai beberapa waktu lalu, cerita dewasa ini harusnya memang jadi tempat curhatku, begini ceritanya, sebua bermula ketika siaran tv berbayar ane lagi ada gangguan,,,ane coba2 telp operator utk klaim siaran tsb,,,diangkatlah oleh operator yg ngaku nma nya h***n,,dari stu ane komplain smpe akhirnya ane mrah2 tuch sma operator tsb,,,ech lama klamaan obrolan mlah bkan mnjurus bkan soal siaran gan,,tpi mlah nie cwe mnjurus ke curhat soal cwo nya yg ogah di ajak ML sma dya,,nah gayung bersambut donk gan,,ane kluarin aj jrus2 ampuh ane gan,,,,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lama ngobrol di telp ech ane coba tuk kopdar janjian di mall Sea**n c**y,,ga nyangka dya lngsung mau,,ktemu lah ane gan sma tuch cwe,,lmayan cantik sech,,scara cwe operator gtu,,ckup tinggi skitar 164cm,kulit ptih mulus,mta agak sipit,,yg ga nhan toket nya gan kira2 36B lah,,ga basa basi lgi ane minta lnjutin pmbicaraan yg di telp tdi soal check in,,ech dya lngsung oke gtu gan,,yawda biz mkan bentar,,lngsung</span><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"> ane bwa aja ke kost an ane skitar te**t,,,berhubung kost an ane mank bebas gan,,,jdi ga msalah aj,,smpe di kost an mgkin krna mank dya hiper x gan,,lngsung dya minta ijin k kmar mandi bentar,,,ga nyangka gan kluar dri kmar mndi dya cma pke CD & BH doank gan,,ngeliat pmandangan kya gtu lngsung adek gw yg d dlem clana rsanya pngen kluar aja,,dya lngsung minta ane tnya gmna pndapat body dya gan,,,ane bilang aj “mantabz body kamu hel,,bkti nya adek gw dah pngen kluar dari srang nya nech,gw boleh ga ngelus2 bdan km hel”,,dya lngsung bilang,,”dah lah ga usah pke ngelus2 sgala,,klamaan tau”,,</span></span></div><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">dya mnta lngsung foreplay aja,,dya langsung bukain smua bju ane,,smpe bugil gan,,dya langsung BJ ane tnpa ane printah,,,BH&CD dya lngsung dya buka,,ane d sruh nya isep toket yg 36B gan,,rasanya drah langsung naik gan,,byangin isep toket se gede itu,,tngan dya ga berhenti ngocok adek ane smpe full tegangnya,,biz itu dya minta ane sruh jilat m*m*k dya yg dipenuhi bulu2 lebat gan,,ane lngsung jilat tuch m*m*k yg udah mulai kluar cairan putih gan,,jerit lah dya keenakan,,15mnitan ane foreplay gan,,,dya lngsung minta di sodok,,,tpi ane tahan2 gan,,ane ngerti bnget apa yg cwe ini mao,,tpi ane ga mo scepat itu,,ane sruh posisi 69 ksukaan ane gan,,,dya nrut aj,,,15mnit psisi 69 baru abis itu ane tuntasin,ane sodok dya teriak keenakan,,untung nya ane dah siaga dgn nyetel tape ane lmayan knceng gan,,,ane masukin adek ane ke m*m*k cwe hiper ini,,,ternyata msih lmayan sempit gan,kya ada yg nyedot k*n*t*l ane dari dlem m*m*k nya gan,scara katanya smnjak dya pcaran sma cwok nya yg baru dya dah ga prnah ng*w* lgi,,krn cwok nya klo diajakin ga prnah mao,,,ane kluar masukin pedang ane smpe m*m*k nya merah gan,,,semua gaya dya minta di lakuin biar dya puas,,,doggy syle,,missionnary,,smpe gya mring dah ane lakuin,, tpi berkat OP yg ane minum sblum tempur sma dya,,,ane akhir nya bisa ngalahin dya smpe 3 ronde gan,,smpe akhirnya adek ane mao muntahin sperma,</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">dya minta kluarin di dlem aja gan,,tpi ane ga mao ambil resiko,,ane kluarin d dlem mlut dya gan,,dya akhir nya mao terima,,di jilat lah sperma ane smpe hbis gan,,slesai tempur dya bilang bisa ga kpan2 kita kya gnian lgi,,ane lngsung trima aj twaran nya gan,,lmyan bwat smpingan adek ane klo lgi pusing cari plampiasan,,,akhirnya smpe skarang ane msih brhubungan gelap tnpa spengatuan cwo nya,,,ya skedar bwt plampiasan nafsu kita berdua aja tnpa ada hbungan apa2 alias TTM an aja klo lgi sma2 ada wktu,,,,klo agan2 minat mgkin ane bisa share ke agan2,,,lokasi kntor nya di daerah kbon jruk gan,,,operator ok*v*si*n . segini dlu cerita pngalaman ane yg ane lkuin smpe skarang gan,,,thanx,,,lain wktu d smbung lagi,,,</span></span></div><span class="fullpost"> </span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-32257626536562334422011-10-27T02:29:00.000-07:002011-10-27T06:13:51.996-07:00Cerita Ngeseks Guru Sekolah Seksi<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks. Sebuah cerita seks yang menurutku paling seru, karena dengan cerita ini maka seseorang akan merasakan sensasi persis seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Cerita seks tersebut begini, berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.<span class="fullpost"> Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Kenapa Jack”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Shinta.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Terima kasih Jack”.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, “Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, “Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ooo… oh.. oh..”, desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. “Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?”, tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang..” Ibu Shinta pun melucuti kaos, celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Gantian dong..” Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. “Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama suami main seksnya gimana?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar. “Ohh…”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan batang kemaluanku kutingkatkan. “Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. “Sekarang Ibu Shinta berbalik. Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!” Aku mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. “Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Capek?”, tanyaku. “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang Ibu Shinta yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan batang kemaluanku. “Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit lebih kami dalam posisi rileks seperti itu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. “Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. “Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya. “Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar. “Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., “Creet.., suuurr.., ssuuur..”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Oughh.., Jack.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, “Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan pantatku dari belakang. “Ohm, masuk.., augh.., masukin”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Shinta memekik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau, “Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Jack”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.</span></span></div>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-75296719686400068292011-10-27T02:27:00.000-07:002011-10-27T06:13:56.314-07:00Cerita Ngeseks Dengan Pembantuku<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks, ini adalah sebuah cerita panas yang sungguh menarik bagi saya, karena pada cerita ini terdapat sebuah hal yang menyangkut pribadi saya dimana kepribadian saya tersebut termasuk sebuah hal yang cukup aneh, dalam cerita panas seru ini saya ingin menceritakan tentang seks saya dengan pembantu dirumahku. Dalam cerita ini aku bisa dibilang cewek gatel atau apalah yang jelas aku jadi ketagihan main seks dengan pembantuku ini, ok begini cerita selengkapnya silahkan disimak. Rumah yang mewah, uang yang berlebihan dan fasilitas hidup yang lebih dari cukup ternyata bukan kunci kebahagiaan untuk seorang wanita. Apalagi untuk seorang wanita yang muda, cantik dan penuh vitalitas hidup seperti Sari. Sudah satu bulan ini ia ditinggal suaminya bertugas ke luar kota. Padahal mereka belum lagi enam bulan menikah. Pasti semakin mengesalkan juga, untuk Sari, kalau tugas dinas luar kota diperpanjang di luar rencana. Seperti malam itu, ketika Baskoro, suami Sari, menelepon untuk menjelaskan bahwa ia tidak jadi pulang besok karena tugasnya diperpanjang 2 – 3 minggu lagi.<span class="fullpost"> Sari keras mem-protes, tapi menurut suaminya mau tidak mau ia harus menjalankan tugas. Waktu Sari merayunya, supaya bisa datang untuk ‘week-end’ saja, Baskoro menolak. Katanya terlalu repot jauh-jauh datang hanya untuk sekedar ‘indehoy.’ Dengan hati panas Sari bertanya: “Lho mas, apa kamu nggak punya kebutuhan sebagai laki-laki?” Mungkin karena suasana pembicaraan dari tadi sudah agak tegang seenaknya Baskoro menjawab, … “Yah namanya laki-laki, di mana aja kan bisa dapet.”</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Dalam keadaan marah, tersinggung, bercampur gemas karena birahi, Sari membanting gagang telepon. Ia merasa sesuatu yang ‘nakal’ harus ia lakukan sebagai balas dendam kepada pasangan hidup yang sudah demikian melecehkannya. Kembali ia teringat kepada pembicaraannya dengan Minah beberapa hari yang lalu, kala ia tanyakan bagaimana pembantu wanitanya itu menyalurkan hasrat sex-nya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu itu ia bercanda mengganggu janda muda yang sedang mencuci piring di dapur itu. “Minah, kamu rayu aja si Iman. Kan lumayan dapet daun muda.” Minah tersenyum malu-malu. Katanya, “Ah ibu bisa aja … Tapi mana dia mau lagi.” Lalu sambil menengok ke kanan ke kiri, seolah-lah takut kalau ada yang mendengar Minah mengatakan sesuatu yang membuat darah sari agak berdesir. “Bu, si Iman itu orangnya lumayan lho. Apalagi kalau ngeliat dia telanjang nggak pakai baju.” Pura-pura kaget Sari bertanya dengan nada heran: “Kok kamu tau sih?” Tersipu-sipu Minah menjelaskan. “Waktu itu malam-malam Minah pernah ke kamarnya mau pinjem balsem. Diketuk-ketuk kok pintunya nggak dibuka. Pas Minah buka dia udah nyenyak tidur. Baru Minah tau kalau tidur itu dia nggak pakai apa-apa.” Tersenyum Sari menanyakan lebih lanjut. “Jadi kamu liat punyaannya segala dong?” Kata Minah bersemangat, “Iya bu, aduh duh besarnya. Jadi kangen mantan suami. Biarpun punyanya nggak sebesar itu.” Setengah kurang percaya Sari bertanya, “Iman? Si Iman anak kecil itu?” “Iya bu!” Minah menegaskan. “Iya Iman si Pariman itu. Kan nggak ada yang lainnya tho bu.” Lalu dengan nada bercanda Sari bertanya mengganggu,”Terus si Iman kamu tomplok ya?” Sambil melengos pergi Minah menjawab, “Ya nggak dong bu, “” kata Minah sambil buru-buru pergi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">PIKIRAN NAKAL</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam keadaan hati yang panas dan tersinggung jalan pikiran Sari menjadi lain. Ia yang biasanya tidak terlalu memperdulikan Iman, sekarang sering memperhatikan pemuda itu dengan lebih cermat. Beberapa kali sampai anak muda itu merasa agak rikuh. Dari apa yang dilihatnya, ditambah cerita Minah beberapa hari yang lalu, Sari mulai merasa tertarik. Membayangkan ‘barang kepunyaan’ Iman, yang kata Minah “aduh duh” itu membuat Sari merasa sesuatu yang aneh. Mungkin sebagai kompensasi atau karena gengsi sikapnya menjadi agak dingin dan kaku terhadap Iman. Iman sendiri sampai merasa kurang enak dan bertanya-tanya apa gerangan salahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada suatu hari, setelah sekian minggu tidak menerima ‘nafkah batin’nya, perasaan Sari menjadi semakin tak tertahankan. Malam yang semakin larut tidak berhasil membuatnya tertidur. Ia merasa membutuhkan sesuatu. Akhirnya Sari berdiri, diambilnya sebuah majalah bergambar dari dalam lemari dan pergilah ia ke kamar Iman di loteng bagian belakang rumah. Pelan-pelan diketuknya pintu kamar Iman. Setelah diulangnya berkali-kali baru terdengar ada yang bangun dari tempat tidur dan membuka pintu. Wajah Iman tampak kaget melihat Sari telah berdiri di depannya. Apalagi ketika wanita berkulit putih yang cantik itu langsung memasuki ruangannya. Agak kebingungan Iman melilitkan selimut tipisnya untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Melihat tubuh Iman yang tidak berbaju itu Sari menelan air liurnya. Lalu dengan nada agak ketus ia berkata, “Sana kamu mandi, jangan lupa gosok gigi.” Iman menatap kebingungan, “Sekarang bu?” Dengan nada kesal Sari menegaskan, ‘Ia sekarang ,,, udah gitu aja nggak usah pake baju segala.” Tergopoh-gopoh Iman menuju ke kamar mandi, memenuhi permintaan Sari. Sementara Iman di kamar mandi Sari duduk di kursi, sambil me!ihat-lihat sekitar kamar Iman. Pikirnya dalam hati, “Bersih, rapih juga ini anak.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">MENCOBA JANTAN</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kira-kira sepuluh atau lima belas menit berselang Iman telah selesai. “Maaf bu …,” katanya sambil memasuki ruangan. Ia hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya.”Saya pake baju dulu bu,” katanya sambil melangkah menuju lemari pakaiannya. Dengan nada ketus Sari berkata,”Nggak usah. Kamu duduk aja di tempat tidur … Bukan, bukan duduk gitu, berbaring aja.” Lalu sambil melempar majalah yang dibawanya ia menyuruh Iman membacanya. Sambil melangkah keluar Sari sempat berkata “Sebentar lagi saya kembali.” Dengan kikuk dan kuatir Iman mulai membalik halaman demi halaman majalah porno di tangannya. Tapi ia tidak berani bertanya kepada Sari, apa sebenarnya yang wanita itu inginkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah saat-saat yang menegangkan itu berlangsung beberapa lama, Iman mulai terangsang juga melihat berbagai adegan senggama di majalah yang berada di tangannya itu. Ia merasa ‘alat kejantanannya mengeras. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Sari melangkah masuk. Iman berusaha bangkit, tapi sambil duduk di tepi pembaringan Sari mendorong tubuhnya sampai tergeletak kembali. Tatapan matanya dingin, sama sekali tidak ada senyuman di bibirnya. Tapi tetap saja ia terlihat cantik. “Iman dengar kata-kata saya ya. Kamu saya minta melakukan sesuatu, tapi jangan sampai kamu cerita ke siapa-siapa. Mengerti?” Iman hanya dapat mengangguk, walaupun ia masih merasa bingung. Hampir ia menjerit ketika Sari menyingkap handuknya terbuka. Apalagi ketika tangannya yang halus itu memegang ‘barang kepunyaan’nya yang tadi sudah tegang keras. “Hm ….. Besar juga ya punya kamu,” demikian Sari menggumam. Diteruskannya mengocok-ngocok ‘daging kemaluan’ Iman, dengan mata terpejam. Pelan-pelan ketegangan Iman mulai sirna, dinikmatinya sensasi pengalamannya ini dengan rasa pasrah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba Sari berdiri dan langsung meloloskan daster yang dikenakannya ke atas. Bagai patung pualam putih tubuhnya terlihat di mata Iman. Walaupun lampu di kamar itu tidak begitu terang, Iman dapat menyaksikan keindahan tubuh Sari dengan jelas. Tertegun ia memandangi Sari, sampai beberapa kali meneguk air liurnya. Tidak lama kemudian Sari naik ke tempat tidur, diambilnya posisi mengangkangi Iman. Masih dengan nada ‘judes’ ia berkata … “Yang akan saya lakukan ini bukan karena kamu, tapi karena saya mau balas dendam. Jadi jangan kamu berpikiran macam-macam ya.” Lalu digenggamnya lagi ‘tonggak kejantanan” Iman dan diusap-usapkannya ‘bonggol kepala’nya ke bibir ke’maluan’nya sendiri. Terus menerus dilakukannya hal ini sampai ‘vagina’nya mulai basah. Lalu ditatapnya Iman dengan pandangan yang tajam. Katanya dengan suara ketus, … “Jangan kamu berani-berani sentuh tubuh saya.” Setelah itu, … “Juga jangan sampe kamu keluar di ‘punyaan’ saya. Awas ya.” Lalu di-pas-kannya ‘ujung kemaluan’ Iman di ‘bibir liang kewanitaan’nya dan ditekannya tubuhnya ke bawah. Pelan-pelan tapi pasti ‘barang kepunyaan’ Iman menusuk masuk ke ‘lubang kenikmatan’ Sari. ‘Aduh … Ah … Man, besar amat sih” demikian Sari sempat merintih. Setelah ‘kemaluan’ Iman benar-benar masuk Sari mulai menggoyang pinggulnya. Suaranya sesekali mendesah keenakan. Tidak lama kemudian dicapainya ‘orgasme’nya yang pertama. Hampir seperti orang kesakitan suara Sari mengerang-erang panjang. “Aah … Aargh … Aah, aduh enaknya … ” Seperti orang lupa diri Sari mengungkapkan rasa puasnya dengan polos. Tapi ketika Sari sadar bahwa kedua tangan Iman sedang mengusapi pahanya yang putih mulus, ditepisnya dengan kasar. “Tadi saya bilang apa …!” Iman ketakutan, … “Maaf bu.” Lalu perintah Sari lagi, … “Angkat tangannya ke atas.” Iman menurutinya, katanya … “Baik bu.” Begitu melihat bidang dada dan buluketiak Iman Sari kembali terangsang. Sekali lagi ia menggoyang pinggulnya dengan bersemangat, sampai ia mencapai ‘orgasme’nya yang kedua. Setelah itu masih sekali lagi dicapainya puncak kenikmatan, walaupun tidak sehebat sebelumnya. Iman sendiri sebetulnya juga beberapa kali hampir keluar, tapi karena tadi sudah di’wanti-wanti,’ maka ditahannya dengan sekuat tenaga. Rupanya Sari sudah merasa puas, karena dicabutnya ‘alat kejantanan’ Iman yang masih keras itu. Dikenakannya kembali dasternya. Sekarang wajahnya terlihat jauh lebih lembut. Sebelum meninggalkan kamar Iman sempat ia menunjukkan apresiasi-nya. “Kamu hebat Man …” lalu sambungnya “Lusa malam aku kemari lagi ya.” Setelah itu masih sempat ia berpesan, …. “O iya, kamu terusin aja sekarang sama Minah … Dia mau kok.” Iman hanya mengangguk, tanpa mengucapkan apa-apa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sampai lama Iman belum dapat tertidur lelap, membayangkan kembali pengalaman yang baru saja berlalu. Kehilangan ke’perjaka’an tidak membuat Iman merasa sedih. Malah ada rasa bangga bahwa seorang wanita cantik dari kalangan berpunya seperti Sari telah memilih dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">PEJANTAN GAGAH</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesuai pesannya dua malam kemudian Sari datang lagi ke kamar Iman. Kali ini pemuda itu sudah betul-betul menyiapkan dirinya. Jadi Sari tinggal menaiki tubuhnya dan menikmati ‘alat kejantanan’nya yang keras itu. Walaupun suaranya masih ketus meminta Iman untuk sama-sekali tidak menyentuh tubuhnya, kali ini Sari sampai meremas-remas dada dan pinggul Iman ketika mencapai ‘orgasme’nya. Bahkan tidak lupa wanita cantik itu sempat memuji pemuda yang beruntung itu. Katanya, … “Man, Pariman, kamu hebat sekali. Selama kawin aku belum pernah sepuas sekarang ini. Terma kasih ya.” Iman hanya menjawab terbata-bata, … “Saya … Saya … seneng … Hm … Bisa nyenengin bu Sari.” Sambil membuka pintu kamar Sari berpesan. Katanya, …. “Iya Man, tapi jangan bosen ya.” Lalu tambahnya lagi, … “Udah, sekarang kamu terusin sama Minah sana. Aku mau tidur dulu ya.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dua malam kemudian kembali Sari menyambangi kamar Iman. Kebetulan tanpa penjelasan apapun siangnya ia sempat meminta pemuda itu untuk mengganti seprei ranjang dan sarung bantalnya. “Man … Kamu capek nggak? Sari bertanya dengan lembut. Rupanya berkali-kali dipuaskan pemuda itu membuatnya sikapnya lebih ramah. Iman tersenyum, … “Nggak kok bu. Saya siap dan seneng aja melayani ibu.” Tanpa malu-malu langsung Sari melepaskan daster-nya. Setelah itu dilorotnya kain sarung Iman. Dengan takjub ia memandangi kepunyaan lelaki itu. Tanpa sadar sempat ia memuji, … “Aduh Man, udah besar amat sih kepunyaanmu.” Lalu sambil mengocok-ngocoknya Sari sempat berkata, … “Hm Man, keras lagi.” Lalu sambil membaringkan tubuhnya ia meminta, … “Kamu dari atas ya Man. Aku mau coba di bawah.” Langsung Iman memposisikan ‘kemaluan’nya di antara celah paha Sari. Lelaki muda itu betul-betul terangsang melihat kemolekan nyonya muda yang sedang marah kepada suaminya itu. Tidak pernah terbayang sebelumnya bahwa ia boleh mencicipi tubuh yang seputih dan semulus ini. Apalagi Sari sekarang tidak lagi judes dan ketus seperti pada malam-malam sebelumnya, sehingga semakin tampak saja kecantikannya. Sempat terpikir oleh pemuda itu mungkin judes dan ketusnya dulu itu hanya untuk mengatasi rasa malu dan gengsinya saja. “Man …” Sari memanggilnya lembut, setengah berbisik. “Iya bu …” “Kamu gesek-gesek punyaanmu ke punyaanku dulu ya. Terus masukinnya nanti pelan-pelan.” Diikutinya permintaan Sari, digesek-geseknya ‘bibir kemaluan’ Sari dengan ‘ujung kejantanannya.’ Sari mendesah kegelian, hingga membuat Iman lupa diri. Tangannya mulai mengusap-usap paha dan perut Sari. Tapi wanita cantik itu menepis tangannya. “Jangan sentuh tubuhku, jangan ….” serunya tegas. Iman segera berhenti, ditariknya tangannya. Tidak berapa lama kemudian terdengar Sari meminta. “Man, masukin pelan-pelan Man. Tapi ingat … Jangan sampai keluar di dalam ya.” Pelan-pelan Iman mendorong ‘batang keras’nya memasuki ‘liang kenikmatan’ Sari. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit, ‘tombak kejantanan’nya menerobos masuk. Sari terus mendesah keenakan. “Maaf bu, saya mohon ijin memegang paha ibu, supaya punya ibu lebih kebuka.” Akhirnya Iman memberanikan diri meminta. Dengan terpaksa Sari mengijinkan, … “Iya deh. Tapi bagian bawahnya aja ya.” Begitu diberi ijin Iman langsung melakukannya. Walaupun tubuhnya tegak, karena kuatir menetesi tubuh Sari dengan keringatnya, ia dapat menghunjamkan ‘barang kepunyaan’nya masuk lebih jauh. “Ah Man, enak sekali.” Sari berseru keenakan. Langsung Iman menggoyangkan pinggulnya, ke kanan dan ke kiri, mundur dan maju. Sari terus mendesah keenakan, semakin lama semakin keras. Pada puncaknya ia menjerit lembut dan mengerang panjang. “Aduh Man, aku udah. Aduh enak sekali. Aaah, Maaan …. Aaah!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara beristirahat Iman menarik keluar ‘batang kemaluan’nya dan melapnya dengan handuk. Dengan tatapan penuh hasrat Sari memandangi ‘kemaluan’ Iman yang tetap kaku dan keras. Pada ‘ronde’ berikutnya Iman yang bertindak mengambil inisiatif. “Maaf bu …” katanya sambil kedua tangannya mendorong paha mulus Sari hingga terbuka lebar. Sari hanya mengangguk lemah, sikapnya pasrah. Rupanya rasa gengsi atau angkuhnya sudah mulai sirna di hadapan pemuda pejantannya. Ditatapnya wajah Iman dengan seksama. Sekarang baru ia sadar bahwa Iman bukan hanya jantan, tapi juga lumayan ganteng. Begitu berhasil menembus ‘liang kemaluan’ Sari, yang merah merangsang itu, Iman mulai beraksi. Sekali lagi goyangannya berakhir dengan kepuasan Sari. … setelah itu sekali lagi …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sari tergolek lemah. Dibiarkannya Iman memandangi tubuhnya yang terbaring tanpa busana. Mungkin karena itulah ‘alat kejantanan’ Iman, yang memang belum ber-’ejakulasi,’ tetap berada dalam keadaan tegang. “Man … ” suara Sari terdengar memecah keheningan. “Kamu kok hebat sekali sih? Udah sering ya?” Iman menggelengkan kepalanya. “Belum pernah bu. Baru sekali ini saya melakukan. Sama ibu ini aja.” Dengan heran Sari menatapnya, lalu tersenyum karena teringat sesuatu. Tanyanya langsung, … “Tapi udah dikeluarin sama Minah kan?” Jawab Iman, … “Belum kok bu.” Semakin heran Sari. “Lho yang kemarin-kemarin itu? Kan udah saya kasih ijin.” Dengan polos Iman menjawab, … “Iya bu, tapi saya nggak kepengen.” Sari penasaran, … “Lho kenapa?” Dengan polos Iman menjawab, … “Abis barusan sama ibu yang cantik, masa’ disambung sama mbak Minah. Rasanya kok eman-eman ya bu.” “Jadi selama ini kamu tahan aja?” Jawab Iman, … “Iya bu, menurut saya kok sayang.” Entah bagaimana Sari merasa senang mendengar jawaban Iman. Ada rasa hangat di hatinya. “Ah sayang aku udah puas. Mana besok mens lagi …” Tapi ada rasa kasihan juga yang membersit di hatinya. Hebat juga pengorbanan Iman, yang lahir dari penghargaan kepadanya itu. Akhirnya ia mengambil keputusan …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sini Man, sekarang kamu yang baring di sini.” Kata Sari sambil bangun dari posisinya semula. Iman menatapnya dengan pandangan bertanya, tapi diikutinya permintaan majikannya. Sari segera membersihkan ‘barang kepunyaan’ Iman dengan handuk. Karena dipegang-pegang ‘daging berurat’ milik Iman kembali mengeras penuh. Sambil duduk di tepi ranjang Sari mulai mengelus-elusnya. Sempat ia berdecak kagum menyaksikan kekokohan dan kerasnya. Dirasakannya ukuran ‘daging keras’ Iman yang besar, ketika berada dalam genggaman tangannya. Keenakan Iman, hingga matanya sesekali terpejam. Bibirnya juga mendesis, bahkan sesekali mengerang. Tangan kanannya di tempatkannya di bawah kepalanya. Tangan kirinya mengusap-usap lengan Sari yang sedang mengocok-ngocok ‘barang kepunyaan’nya. Kali ini Sari membiarkan apa yang pemuda itu ingin lakukan. Setelah beberapa saat berlalu Iman mulai mendekati puncak pengalamannya. “Bu, saya hampir bu” Lalu lanjutnya lagi, “Awas bu, awas kena, saya udah hampir.” Sari hanya tersenyum. Katanya, “Lepas aja Man, nggak apa-apa kok.” Setelah berusaha menahan, demi memperpanjang kenikmatan yang dirasanya, akhirnya Iman terpaksa menyerah. “Aduh bu aduuuh aaah …” Cairan kental ‘muncrat’ terlontar berkali-kali dari ‘daging keras’nya, yang terus dikocok-kocok Sari. Tanpa sadar kedua tangan Iman mencengkeram lengan Sari dan menariknya. Tubuh wanita itu tertarik mendoyong ke atas tubuh Iman. Akibatnya cairan kental Iman juga tersembur ke dada dan perutnya. Tapi Sari membiarkannya saja, seakan-akan menyukainya. Setelah ‘air mani’nya terkuras habis baru Iman sadar atas perbuatannya. “Maaf bu, saya tidak sengaja …” Matanya terlihat kuatir. Sari hanya tersenyum, “Nggak apa-apa kok Man.” Lalu sambungnya, … “Aduh Man, kentelnya punyaan kamu. Banyak amat sih muatannya. .” Iman bernafas lega, apalagi ketika dilihatnya Sari melap badannya sendiri, lalu setelah itu badan dan ‘batang terkulai’ miliknya dengan handuk.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sambil bangkit berdiri Sari mengenakan dasternya. Lalu ia berdiri di depan Iman yang masih duduk di tepi pembaringan. “Menurut kamu aku cantik nggak Man?” Tanyanya kepada pemuda itu. “Cantik dong bu, cantik sekali.” Sambil mengelus pipi Iman ia bertanya lagi, … “Kamu bisa nggak sementara nahan dulu?” Iman terlihat kecewa, “Berapa hari bu?” Tersenyum manis Sari menjwab, Yah, sekitar 5-6 hari deh.” Iman mengangguk tanda mengerti dan menatapnya dengan pandangan sayang. Sari membungkuk dan meremas ‘batang kemaluan’ Iman yang masih lumayan keras. “Punya kamu yang besar ini simpan baik-baik ya buat aku.” Lalu dengan gayanya yang manis ‘kemayu’ ia membuka pintu dan melangkah keluar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">MENGUMBAR HASRAT</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara berlangsungnya masa penantian cukup banyak perubahan yang terjadi. Iman sekarang nampak lebih baik penampilannya daripada waktu-waktu sebelumnya. Rambutnya ia cukur rapi dan pakaian yang dikenakannya selalu bersih. Ia sendiri tampak semakin PD atau percaya diri, kalaupun sikapnya kepada Sari tetap sopan dan santun. Apalagi ia yang dulu-dulu tidak pernah dipandang sebelah mata, oleh nyonyanya, sekarang sering diajak mengobrol atau menonton TV. Semua ini tentu saja menimbulkan tanda-tanya, terutama dari orang-orang seperti Minah. Apalagi Sari sering tanpa sadar membicarakan tentang Iman, dengan nada yang memuji. Di waktu malam Sari kadang-kadang terlihat melamun sendiri. Tapi rupanya bukan memikirkan tentang suaminya yang lama bertugas ke luar Jawa. Ia malah sedang merindukan orang yang dekat-dekat saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah selesai masa menstruasi-nya Sari masih menunggu dua hari lagi, setelah itu baru ia merasa siap. Sore itu ketika berpapasan dengan Iman ia memanggilnya. “Shst sini Man.” Iman menghampirinya, … “Ada apa bu?” Dengan berseri-seri Sari menjelaskan, … “Nanti malam ya.” Iman merasa senang. “Udah bu? Kalau begitu saya tunggu di kamar saya ya bu. Nanti saya beresin.” Tapi kata Sari, … “Ah jangan, kamu aja yang ke kamarku. Jam 11-an ya?” Sambil melangkah pergi dengan tersenyum Iman mengiyakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sari benar-benar ingin tampil cantik. Dibasuhnya tubuhnya dengan sabun wangi merk ‘channel.’ Tidak lupa dikeramasnya juga rambutnya yang hitam, panjang dan lebat itu. Lalu dikenakannya gaun malam yang paling ’sexy,’ yang terbuka punggung dan lengannya. Sengaja tidak dipakainya ‘bra.’ Setelah itu masih dibubuhinya tubuhnya dengan ‘perfume’ dan sedikit kosmetik. Begitu juga dengan Iman. Setelah mandi dan keramas dipakainya ‘deodorant’ dan ‘cologne’ pemberian Sari. Jam sebelas kurang sudah diketuknya pintu ruang tidur utama, yaitu kamar Sari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sari membuka pintu dan menggandeng tangan Iman. Pemuda itu tertegun menyaksikan kecantikan wanita yang berkulit putih itu. Sari mengajak Iman duduk di tepi ranjang. Ditatapnya mata pemuda itu yang balik menatapnya dengan rasa kagum. Sari tersenyum. “Malam ini kamu hanya boleh manggil aku Sari atau sayang. Mau kan?” Iman mengangguk sambil menelan ludah. Kata Sari lagi, … “Malam ini ini kamu boleh memegang saya dan melakukan apa aja yang kamu mau.” Agak gugup Iman menjawab, … “Eng … Terima kasih … Eng … Sayang. Kamu kok baik sekali. Kenapa? Saya ini orang yang nggak punya apa-apa dan nggak bisa ngasih apa-apa.” Sari merangkulkan tangannya ke leher Iman dan menidurkan kepalanya di bahu iman. “Kamu salah Man. Kamu itu laki-laki yang bisa memberi saya kepuasan yang total. Sejak kawin saya belum pernah mengalami seperti yang saya dapat dari kamu.” Lalu sambil tersenyum Sari meminta, … “Sini Yang, cium aku.” Iman mendekatkan bibirnya ke bibir Sari, lalu menciumnya. Tapi karena kurang berpengalaman akhirnya Sari yang lebih agresif, baru kemudian Iman mengikuti secara lebih aktif. Kedua bibir itu akhirnya saling berpagutan dengan penuh semangat. Dengan penuh gairah Sari melepas baju Iman. Sebaliknya Iman agak malu-malu pada awalnya, tapi akhirnya menjadi semakin berani. Dilepasnya gaun malam Sari, sambil diciuminya lehernya yang ramping, panjang dan molek itu. Dengan gemas tangannya meremas buah dada Sari yang ranum. Karena Sari membiarkan saja akhirnya ia berani menciumi, lalu mengulum puting buah dada yang indah itu. Sari kegelian. Tangannya mengusap-usap tonjolan di celana Iman. Kemudian dibukanya ‘ruitslijting’ celananya. Tangannya menguak celana dalam Iman dan masuk untuk menggenggam ‘batang kemaluan’nya yang telah mengeras. Tangan Iman juga langsung melepas celana dalam Sari, kemudian langsung ditaruhnya tangannya di celah paha Sari. Wanita cantik itu mengerang nikmat, rupanya sebelum dengan Iman rasanya cukup lama juga ‘milik berharga’nya itu tidak disentuh tangan lelaki. Kemudian Sari berlutut di depan Iman, hingga membuat pemuda itu merasa jengah. Ditariknya celana panjang Iman, sampai lepas. Lalu dimintanya Iman berbaring di tempat tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Iman sempat merasa agak kikuk, tapi gairah Sari segera membuatnya merasa nyaman. Dipeluknya wanita itu dikecup-kecupnya lengan, dada, perut, bahkan pahanya. Karena kegelian Sari mendorong dada Iman hingga sampai terbaring. Sekarang gantian ia yang menciumi tubuh pemuda itu. Dengan mantap dilorotnya celana dalam Iman hingga terlepas. Cepat digenggamnya ‘batang kemaluan’ Iman yang sudah tegang keras berdenyut-denyut. “Man, Iman, besarnya punya kamu. Keras lagi …” Iman tersenyum, … “Abis kamu cantik sih Yang.” Sambil mengocok-ngocok ‘kemaluan’ Iman dengan manja Sari berkata, … “Rasanya aku gemes deh Man.” Iman tersenyum nakal, entah apa yang ada dipikirannya. Ia hanya menanggapi singkat, … “Kalau gemes gimana dong Yang?” Sari tersenyum manis. Tiba-tiba diciuminya ‘kemaluan’ Iman, hingga membuat pemuda itu terkejut. Dengan tatapan heran, tapi senang, dilihatnya Sari kemudian menjilati ‘alat kejantanan’nya. Mulai dari ‘bonggol kepala,’ terus sepanjang ‘batang’nya, bahkan sampai ke ‘kantung buah zakar’nya. Ketika Sari mengulum ‘kemaluan’nya di mulutnya Iman mengerang keenakan. “Aduh sayang, aduh enak sekali … Ah enaknya.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya Iman tidak tahan lagi. Ditariknya Sari dengan lembut lalu dibaringkannya terlentang. Didorongnya kedua paha Sari hingga terbuka lebar. Masih sempat diciumi dan dijilatinya tubuh Sari bagian atas, termasuk mengemut puting buah dadanya seperti bayi yang lapar. Lalu pelan-pelan didorongnya ‘alat kejantanan’nya masuk, menguak bibir ‘vagina’ Sari yang ranum, menyusuri liang kenikmatannya. “Pelan-pelan Man, … Punya kamu terasa besar amat sih malam ini, … Aah …” Sari mengerang keenakan. Akhirnya dengan sentakan terakhir Iman menghunjamkan ‘batang kemaluan’nya yang besar itu masuk. Begitu ia menggoyang pinggulnya Sari langsung mendesah. Rasanya nikmat sekali digagahi pemuda yang penuh vitalitas dan enerji ini. Iman terus menggerakkan ‘alat kejantanan’nya maju mundur, hingga membuat Sari mendesah dengan tanpa henti. Akibat gaya Iman yang agresif ini Sari tidak mampu menahan dirinya lebih dari 10 menit. Ia merasa seperti dilambungkan tinggi, sewaktu dicapainya puncak ‘orgasme’nya yang pertama. “Aduh Man, aduh, aku sayang kamu …. Aaah” Erangan panjang keluar dari bibir Sari. Tapi Iman ternyata masih kuat. Diteruskannya gerakan maju-mundur dengan pinggulnya. Akibatnya sensasi nikmat Sari, yang tadi hampir mereda, mulai meningkat lagi. Lima belas menit atau dua puluh menit berlalu sampai terdengar lagi jeritan Sari. “Man … Pariman … Yang … Aku lagi … Yang … Aaah … Aaah” Sekali inipun Iman merasa sudah hampir tiba di ujung daya tahannya. “Sari … Sayang, saya hampir …. Boleh?” Dengan nafas tersengal-sengal Sari memintanya, … “Iya Man, lepas sekarang Man …” Segera Iman mendorong dengan hentakan-hentakan keras. “Sari … Sayang … Aaah” Begitu Iman menyemburkan ’sperma’nya ke dalam ‘vagina’ Sari, ujung kepala kemaluannya berdenyut-denyut. Akibatnya Sari kembali merasa kegelian yang nikmat. “Man aduh Man aduh …”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sari terkulai lemah. “Peluk aku dong Yang …” Disusupkannya kepalanya di ketiak Iman. Tangannya mengusap-usap dadanya yang berkeringat. “Kamu puas Man …?” Tanya Sari kepada Iman. “Puas Sayang, puas sekali” Dalam keheningan malam mereka berdua terbaring saling berpelukan, sampai Iman merasa tenaganya pulih. Sekali lagi ia minta dilayani. Walaupun Sari sudah merasa cukup, dipenuhinya kemauan pejantan mudanya itu. Dengan kagum dirasakannya bagaimana sekali lagi ia dipuaskan oleh birahi Iman. Akhirnya baru menjelang subuh Iman beranjak pergi untuk kembali ke kamarnya.</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-15243483623554088602011-10-27T02:06:00.000-07:002011-10-27T06:14:06.455-07:00Cerita Seks Panas Terbaru Ngentot Sambil Tidur<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks panas yang coba saya hadirkan disini merupakan cerita panas pertama saya, saya mengalami kisah ini beberapa waktu yang lalu, sungguh cerita ini adalah cerita terpanas yang pernah saya buat, karena semua itu berawal dari sesuatu yang menurut saya itu mustahil namun ternyata memang benar-benar terjadi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita ini berawal dari ketidaksengajaan yang terjadi dari beberapa orang yang tidur bersama disebuah ruangan tempat meraka melalukan KKN atau praktek kerja nyata salah satu perguruan tinggi di Semarang. Mahasiswa yang menjadi pemeran utama dalam cerita panas ini minta untuk nama dan tempat kejadian disamarkan! terima kasih cerita dewasannya bos nice story for me, berikut cerita dewasa pura2 tidur sambil ngentot..<span class="fullpost"> Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah memasuki bulan kedua aku menjalani KKN di sebuah kecamatan, di kota Semarang. Kami bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, kelompok ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto. Sudah merasakan susahnya melaksanakan tugas-tugas berat selama KKN. Keluar masuk pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya diterangi lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. Benar-benar kehidupan yang alami dan eksotik.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Dalam melakoni hidup sehari-hari dalam keadaan yang serba darurat itu, kami yang datang dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak jarang mengalami konflik karena bertahan pada prinsip perjuangan masing-masing, tetapi selalu berakhir dengan happy karena bersama-sama menyadari, bahwa nama baik pribadi dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini. Kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama. Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke Semarang, terasa sekali ada yang hilang. Kalau ada yang sakit, seisi Posko bergantian merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami. Mendekati berakhirnya masa KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, berkumpul di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu. Aku pegang gitar, mengiringi teman-teman menyanyi lagu-lagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicang-bincang membicarakan masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam. Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, bahwa ketiga cowok sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Mbak Etty atau teman-teman panggil beliau Bu Etik. Yang empat itu masih gadis, tetapi mereka mengaku sendiri sudah tidak perawan lagi. Benar-benar tak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar. Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apa-apa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tak kurang suatu apa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua sibuk finishing program masing-masing. Aku dan Mbak Etty kebagian mempersiapkan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benar-benar sudah lelah lahir batin. Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada kesepakatan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Endah dan Mbak Etty mengapit aku. Endah memelukku . Kaki Bu Etik menimpah pahaku, berat. Joko berpelukan dengan Yuni, Ponijan yang mirip Temon itu malah dipeluk dua cewek cantik, Marsitah dan Duwik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena kaki Bu Etik cukup berat, maka terpaksa kuangkat, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikiran kotor yang melintas sesaat. Bu Etik itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Eti, aku terlepas dari pelukan Endah. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, bermaksud tidur lagi. Begitu aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Etik langsung miring ke arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, tangannya tepat di atas kemaluanku. Hangatnya tangan Bu Etik terasa sekali. Membuat si kecil itu mengedut dan pelan-pelan bangkit. Akal sehatku bermaksud menyingkirkan tangan nakal itu, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Etik bergerak mengurut kemaluanku yang masih tertutup sarung. Genggaman tangannya semakin erat, tapi semakin lembut. Kuamati matanya, masih tertutup.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi aliran nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum berani bereaksi, masih ragu-ragu dan juga kawatir kalau menyinggung perasaan beliau, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa. Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah membebaskan si kecil dari CD dan sarung yang membuatnya terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Etik semakin terasa panas menggairahkan. Badanku panas dingin. Menahan rangsangan itu sampai gigiku gemeletuk seperti kedinginan. Kesadaranku makin lama makin hilang, otak sudah dikuasai rangsangan birahi yang menggelegak. Tanganku segera mencari sasaran. Kuraba sudut gelap di pangkal pahanya……astaga…….tak memakai CD dan sudah banjir…..?? Karena posisiku berhadapan tetapi lutut Bu Etik melipat ke depan, aku pindah ambil posisi di belakang beliau. Kini aku menghadap ke arah Endah, tetapi berada di belakang punggung Bu Etik. Wanita cantik setengah baya ini masih merem, tetapi tangannya terus mencari kemaluanku. Saat penisku kutempelkan di vaginanya yang berambut lebat itu, tangannya aktif menuntun masuk dan …..blesssss……diiringi dengusan nafas Bu Etik dan dengkur halus orang-orang di depanku, aku terus maju mundur menyodok lubang basah Ibu Kepala Sekolah ini. Dinding vaginanya meremas-remas tongkatku. Jika Endah membuka mata, tentu melihat pemandangan indah, bagaimana tongkat hitam jelek membelah bibir merah sumber keniKmatan. Lubang itu mengeluarkan cairan berbusa yang mengakibatkan tongkat hitam itu dipenuhi busa putih. Lendir kenikmatan. Tusukan itu begitu dalam menembus rahim wanita stw yang cantik ini. Wajahnya yang anggun masih terpejam. Buah dadanya seakan mau tumpah keluar, terguncang-guncang karena sodokan-sodokan yang menggetarkan. Lama berpisah dengan keluarga, menjadikan wanita anggun ini kehausan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba Bu Etik meluruskan kakinya dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan kini kutusuk dari atas. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kubuka selimut yang menutupi dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok , kenceng dan putih. Tak sabar bibirku ngenyot putting-putting merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Etik bergerak muter-muter disertai desahan lirih;” Uuhhhh….uhhhh…….uhhh…..” Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua tangannya memegang pahanya yang merapat ke dadanya, sehingga lubang kenikmatannya semakin lebar. Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui beliau sudah semakin basah mendekati orgasme, gerakan kupercepat, makin cepat dan ………oohhhhh…… kukeluarkan cairan kepuasan itu di dalam!!!! Bu Etik langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke mana—mana. Maka kurapikan seperti semula. Di wajahnya terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Etik mengalir teratur. Dengkurnya halus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beliau sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun menyusul menuju ke pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam dua aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka. Marsitah yang putih mulus itu bertelanjang dada, sedang “naik kuda”. Ponijan cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kenikmatan Marsitah yang ayu. Tangan Sitah meremas-remas payudaranya sendiri. Gerakannya liar semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Ponijan yang terus ngorok seperti suara gergaji. Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek se-ayu Marsitah bisa “makan” dengan lahap “bodin” Banyumasnya Ponijan yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. Tapi KKN belum berakhir</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-3646506342699786822011-10-27T01:57:00.000-07:002011-10-27T06:14:09.755-07:00Cerita Seks Indonesia 2011 Terbaru<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks ini adalah cerita pertama kali aku melakukan sex dengan seseorang, cerita sex ini berawal dari sebuah hal yang tidak kuduga, bahkan menurutku sebelumnya itu tidak mungkin, awalnya aku tidak ingin menshhare cerita sex yang kupunya ini namun kadang hati gelisah dan ingin membagikan pengalaman sex yang indah ini kepada kalian semua para pembaca, ini pertama kalinya saya sharing pengalaman, jadi maaf kalau ada kata2 yang aneh atau boring karena semuanya ini nyata dan bukan imajinasi semata.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat ini saya berumur 30 tahun , bekerja di sebuah perusahaan bisnis center di Jakarta. Teman-teman panggil saya Jack walaupun ini bukan nama asli tapi hanya nama panggilan dari teman2 dekat saya, ayah saya Jawa dan Chinese dan ibu saya keturunan arab dan betawi. Tampang saya mungkin lebih ke Manado campuran Indo kali ya, itu yang teman2 saya bilang seh, Tinggi 165 cm dan berat sekitar 65 kgs.<span class="fullpost"> Cerita sex tersebut begini, saat itu saya berumur 16 tahun dan baru saja saya lulus SMP di Jakarta, oleh orang tua saya di suruh untuk pindah ke kota pelajar di Indonesia untuk mepersiapkan mental saya sebelum saya pergi ke luar negeri.</span></span></div><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jujur saat itu gue menentang keputusan orang tua saya, karena gua sudah sangat suka dengan kota Jakarta yang metropolitan dan harus pindah ke kota pelajar (kota Y) yang pastinya lebih sepi dari kota Jakarta, tapi karena paksaan dari orang tua ya, akhirnya gue menyerah untuk pindah ke kota itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Singkat cerita, saya diharuskan tinggal bersama tante saya dan keluarga oleh orang tua karena saya dianggap belum dewasa untuk tinggal kos, dan saat itu saya saya menentang sekali keputusan itu dan sampai akhirnya mereka menyerah untuk membolehkan saya tinggal di kos. Saya gembira sekali saat itu karena saya boleh tinggal di kos, akhirnya saya dan saudara mencari kos yang menurut saya bagus dan tidak terlalu jauh dari sekolah saya, saya berputar dari kos ke kos, sampai saya menemukan sebuah kos yang mayoritasnya semuanya mahasiswa dan mahasiswi. Memang tempat kos ini sangat dekat sekali dengan sebuah universitas katolik disana dan tidak terlalu jauh dari SMU saya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ketika saya masuk dan melihat tempat kos ini, saya sangat suka dengan kosnya , selain tempatnya bersih, kos ini gabung antara pria dan wanita, pria di lantai satu dan wanita di lantai 2, wahhh saya happy banget karena saya pikir saya akan banyak teman dan tidak akan kesepian (maklum saat itu saya maseh polos dan tidak ada pikiran macam2)</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan pada akhirnya, saya disetujukan untuk pindah ke kos ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">cerita ini bermula ketika, pada malam hari ketika saya habis selesai packing di tempat baru , dan saya mau mandi, saya meihat ada 2 mahasiswi chinese cantik yang saya perkirakan berumur 25 tahun ke atas, melewati saya sambil memberikan senyum ke saya, karena saya malu, saya hanya senyum balik sambil berlalu masuk ke kamar mandi buru2 dan mereka berdua tertawa. Sesudah selesei mandi dan balik ke kamar, saya mendengar percakapan cewe2 di situ di lantai 2 di ruang TV , kalau mereka bilang , eh ada anak kos baru, kayanya sehh maseh smu karena kelihatan maseh muda. Anaknya ganteng juga loh (bukannya saya ge er lho) , kenalan yuk kata salah satu dari cewe itu</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya seh tidak memperdulikan karena saya pikir, ahh mungkin bukan gue kali, karena tidak mau gede kepala, dan ketika saya sedang baca2 majalah, tiba2 kamar saya diketok oleh salah satu mahasiswi yang saya lihat tadi sore, dia memperkenalkan diri, nama dia Jenny (bukan nama sebenarnya), katanya dia mahasiswi tingkat akhir asalnya dari Solo, dan saya juga memperkenalkan diri juga, Jenny ini anaknya putih bening typical chinese, rambutya pendek sebahu, tinggi kira2 170 cm, berat kira2 50 kg, bodynya memang kaya model tapi toketnya itu yang kurang , ya bisa dibilang kecil karena ketika dia pakai baju dan celana pendek , kelihatan kalau toketnya itu tidak besar seperti Pamela he he he..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jenny mengajak aku ke atas untuk dipekernalkan oleh anak2 kos yang laen , Aku langsung mengiyakan dan naek ke atas karena gue pikir pasti juga basa-basi aja, pas sampai di ruang TV lantai 2, Oh my GOSH, semua yang di ruang tv itu semuanya cw2 kuliah semua dan semuanya pada pake kaos yang longgar dan celana pendek yang sangat pendek, dan kebanyakan bening2 semua, chinese, waduhhh, malu banget gue… dan Jenny pun mepersilahkan masuk ke ruangan TV itu, smabil dia berucap, udah jangan malu2, sini2 aku kenalin sama anak2 disini…. sambil mereka ketawa2….</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">akhirnya mereka memperkenalkan diri satu2, dan yang aku paling inget itu cewe yang bernama Jenny, karena selaen dia sexy, putih dam kalau pake baju itu longgarnya minta ampun. Saya sempat manggil dia kakak, dia bilang jangan panggil aku kakak atau cece, panggil Jenny aja, aku langsung mengiyakan. Karena saat itu sudah malam, saya pamit untuk balik ke kamar karena sudah ngantuk dan besok hari pertama SMU.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Beberapa minggu dari kejadian itu, aku dan Jenny sering bertemu dan bercanda, sampai pada suatu malam, dia mengajak saya maen kartu ke kamarnya, saya pun mengiyakannnya, sambil dia membawa teman nya yang cewe juga (lupa namanya) dan gw pun membawa teman kos yang cowo. Ketika maen kartu, Jenny mulai membuka pembicaraan yang menyerempet2 soal seks, dari pertanyaan2 soal ciuman sampai pernah melakukan seks, jujur saat itu, gue maseh perjaka dan belum pernah mencium wanita. Wah dia teasing gue dengan , wah maseh perjaka neh, boleh neh dicoba…sambil dia tertawa bersama temannya, saya tertunduk malu…</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">dan dia menyarankan untuk bermain kartu black jack yang kalah harus buka baju satu persatu dan yang menang boleh minta apa saja, dan kitapun setuju, sambil kita berempat masuk ke kamar dia dan dia mengunci pintu, permainan mulai seru ketika jenny kalah dan saya menang, dia membuka kaosnya dan meperlihatkan bhnya yang berwrna hitam, tidak besar tapi firm, lalu dia tanya apa yang saya inginkan, dan saya bisikin ke telinganya kalau saya ingin having seks sama dia..dia pun tersenyum dan mengiyakan walaupun tadinya maksudnya gue bercanda….tapi dia bilang mesti tunggu yang laennya balik ke kamar. Semakin malam semakin gila, mulai dari kissing sampai stripping cewe2 di depan gue and temen gue….dan karena dia sudah on, dia bilang ke temen yang cewe dan teman kos gue yang cowo kalau dia ngantuk and pengen tidur, lalu dia bisikin ke telinga gue, gue disuruh balik ke kamarnya setengah jam kemudian pas orang2 udah pada mulai tidur, gue mengiyakan dan balik ke kamar. Sampai di kamar, jantung gue dag dig dug, maklum umur 16 tahun, belum pernah kissing sama cewe sebelumnya dan hanya lihat adegan seks di video aja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan setengah jam kemudian, gue memberanikan diri naek ke lantai 2 dan mengetuk pintunya, dia mebukakan pintu, sambil menarik gue buru2 masuk ke kamarnya, lalu menguncinya, dia menyuruh gue duduk di ranjangnya sambil dia menyalakan music yang lagunya slow, dia bilang supaya ga kedengaran dan dia duduk disbelah gue sambil mendekatkan diri ke gue, dia bilang relax aja baby, nikmatiin aja ya malem ini, sambil dia mencium bibir dan melumat habis, wahh tangan dia mulai bergerilya ke my big john, dan dia menuntun tangan gue ke masuk ke kaosnya yang longgar, dan betul ternyata dia sudah membuka bhnya dari tadi…</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kita saling berciuman, bermain lidah, dan dia mendorong gue ke kasurnya sambil dia buka kaosnya….terpampang sudah wanita setengah bugil dihadapan gue, kulitnya putih, badannya wangi dan dirawat, bebas dari semua bulu2, bulu tangan dan bulu ketiaknya pun bersih, wow. gue pun semakin bernafsu, sambil gue buka celananya dia….dan dia menahan tangan gue pas gue mau buka celananya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">dia bilang, sabar ya sayang, just enjoy it tonight….dia lalu buka baju dan buka celana gue, sambil mengelus big john gue dari luar my undies…dia menciumi badan gue….perut gue…lalu mejilat sampai usar dan turun ke undies sambit menggigit my undies gue dan dipelorotin pake mulutnya ke bawah…wahh sensasinya itu…dia mencium paha luar, paha dalam , di elus2nya paha gue dan my balls…sampe akhirnya tangan dia mulai memegang big john gue dan lidahnya mulai memainkan kepala big john gue sampe ke batang gue….ughhhh rasanya selangit……ouwwww…..dia mulai mengocok perlahan dan memainkan lidahnya di big john gue …..kepalanya naek turun…naek turun…..gue melihat dimana Jenny begitu menikmati big john gue…. dia trus bertanya, gimana sayang, suka ?? gue hanya menggigit bibir gue dan mengangguk perlahan….</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">kira2 15 menit dia, trus menciumi big john, pangkal paha gue dan paha gue…dan gue udah ga tahan dan gue minta gantian untuk dia tidur di kasurnya…dia lalu bangkit dan mempelorotkan celana dalamnya, dan dia mempelorotkan celana dalamnya tertampang lah, bawahnya yang ditumbuhi bulu2 yang lumayan lebat dan kontras dengan badannya yang putih bersih….</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dia pun tiduran di kasur, akhirnya gue melihat Jenny bugil di depan gue tanpa sehelai apapun, gue ciumin badan dia, leher, turun sampai ke toketya, yang putingnya bewarna coklat muda tapi kecil nipplenya, dia mngerang ke enakan sambil gue remas secara gentle toketnya yang satu lagi…gue jilatin dan menghisap sambil mengiggit kecil putingnya yang menggemaskan itu….Dia blg..oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…trus baby…..ughhhhh…enakkk …geliiiii sayang….. sambil dia menahan mukanya di bantal, takut kedengeran orang2 disebelah…lalu gue juga menciuminya ketiaknya yang tentnunya wangi dan turun ke perutnya dan lidah gue berputar2 di pusarnya…dia bilang…ughhh baby, please…masukin….please…$+*# me…udah ga tahan….pleaseeee</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lalu dituntun big john gue ke pussynya yang ditumbuhi oleh bulu2 yang luamayan lebat…lalu gue mendorong big john gue karena posisi gue on top …dan ….blesss…………ughh ternyata udah becekk banget…ternyata bener juga kata orang2 kalau cewe chinese itu lebih becek dari cewe manapun…gue mulai memaju mundur pantat gue…. dan suaranya… plok..plok….plokkk……blesss……plok…plok… blesssssss</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jenny blg oouhh..baby, becekk banget nehh…..dia sambil memaju mundur pinggulnya…sambl mendorong pantant gue dalam2….$+*# me baby…$+*# me…..plok…plok…bless…plok…. wuihh sensasinya itu…gue takut kedengeran aja sama teman2 kos wanita yang diseblahnya…</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">trus dia minta untuk ganti posisi, dan pas gue cabut big john gue dari pussny…suaranya…. ppfffttt…….. (dalam hati gue , what the hell)….trus dia nungging dan dia minta gue masukin dari belakang…gue sehh iya aja karena emang gue ga tau sebelumny mengenai2 gaya2…oughhh pas gue masukin dr belakang(gue baru tau kalau itu ternyata doggy style) …OMG…sensasinya itu lebih enak dr yang sebelumnya….dan kali ini bunyinya parah lbih dr tadi…. plok…plok…plokk…pfftsss…………pffftsss….plok plok… bleeesss…bleeeessss…..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">and Jenny trus bilang harder…sayang harder…..I am comming……..i am comming…sambil dia teriak tapi dia menutup mulutnya pakae bantal…dan gue sendiri merasakan ada sensasi yang geli dan merasakan kalau gue mau keluar….. dan gue lansgung buru22 cabut dan keluarin semuanya di pantantnya dia dalam kondisi nungging. ughhh sensasi yang luar biasa……gue sama dia akhirnya jatuh ke kasurnya berpelukan ma dia….</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan dia tanya, gimana rasanya seks pertama kali ? sambil ketawa…hahahaha dan gue bilang….enakk juga….dan pada malem itu lah perjaka gue diambil oleh cewe yang jauh lebih tua dibanding gue…. sesudah malem itu, Jenny suka mengajarkan gue gaya2 baru dan dia lah yang menjdai “mentor” gue saat itu …di kamar gue dan di kamar dia…dan itu mungkin salah satu gue sampai saat ini tertarik sama wanita yang older than me …hahahaha…well walupun sparing sex partner gue sampai sekarang bermacam2…dari yang tante2 sampe anak kantoran dan abege…and semuany gue lakukan berdasarkan suka sama suka…sampai gue haru pindah balik ke Jakarta and sampai sekarang belum pernah ketemu lagi sama dia.</span></div>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-42357010240730417262011-09-27T05:26:00.001-07:002011-12-18T21:55:06.689-08:00Cerita Panas Sex Dengan Tante Seksi Pemilik Salon<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita Panas, halo semua, aku punta sebuah cerita dewasa yang menarik buat kalian simak nie, cerita dewasa yang terangkai tanpa ada kesengajaan dan tanpa diduga, orang bilang itu rejeki kali ya, coz aku bisa sex dengan tante-tante seksi yang memang mejadi incaranku</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Inilah cerita dewasa panas yang paling seru. Cerita sex tante seksi pemilik salon ini berawal saat sebulan yang lalu ketika aku pergi kerumah sepupuku dede di daerah Bandung, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah dede, aku disambut oleh istrinya. Memang istri si dede yang bernama yeni 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Mas dede sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Oh ya..” jawabku singkat.<span class="fullpost"> Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si yeni yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Akhirnya setelah dede tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si dede hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 45-50 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Mau potong rambut bu” jawabku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Neni menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri” jawabnya lagi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?” pancingku lagi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu neni sambil tersenyum.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu neni ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?” pancingku lagi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Neni</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Sudahlah bu.. bila Bu Neni setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu” Ibu Neni mengangguk sambil tersenyum kembali.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat Alun-alun. Ibu Neni mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Neni telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Enggak nyusahin nich Mas”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Neni aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Neni terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kulihat Bu Neni agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Neni hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Neni, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Neni menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Neni ke bawah sambil berkata “Maaf Bu yach”.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Neni sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Wow kulihat pantat Bu Neni tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Neni hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Och.. Och..”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Neni, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Neni dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Neni</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Neni. Kulihat Bu Neni agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Neni, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Neni, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dan kulihat Bu Neni sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Och.. Och..”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah itu aku jilat kuping BuNeni dengan lidahku sambil berbisik.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Aku masukan yach Bu kontolku”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Ibu Neni hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu neni dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Neni dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina BuNeni</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Rupanya Bu Neni sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Neni mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu neni sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Och.. Pelan-pelan Mas..” BuNeni mengeluh.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Neni, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Neni, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu neni dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Neni tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah itu Bu Neni langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Neni di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Neni saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Neni.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu neni untuk main kembali, Bu Neni memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Neni duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Neni memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Neni dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Neni tampak mendesah agak keras.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Neni kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Neni sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Neni dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Neni untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Neni, disini kulihat Bu Neni mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Neni, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Neni. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Neni. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Neni hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah kejadian itu, Bu Neni berkomitmen untuk menjalin hubungan just for fun denganku karena sangat ga mungkin kami berhubungan terlalu jauh seperti pacaran misalnya. Kami hanya saling mengisi dalam urusan seks saja, dan itulah yang membuat ku merasa nyaman, dan Cerita Sex Dengan Tante Seksi ini muncul..</span></span></div>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-61579397365945530982011-09-27T05:26:00.000-07:002011-10-27T06:14:18.491-07:00Cerita Panas Ngentot Dengan Ibu Teman Ku<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita panas, Namaku Roy Dian Putra, aku pertama kali bercerita tentang cerita dewasa ini, usiaku 18 tahun, dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa sebuah Universitas Swasta terkenal di Jakarta.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Inilah cerita dewasa panas yang paling seru. Berasal dari keluarga yang broken home, kedua orangtua kandungku bercerai sejak aku masih berumur 6 tahun. Aku tinggal bersama ayahku, singkat cerita sampai suatu hari dia terlibat masalah di luar negeri dan lalu aku tinggal dirumah temanku yang sudah jadi teman baik ayahku juga, sedangkan temanku semasa kecil itu kini dia kuliah di malang, sebulan sekali dia baru pulang, dirumah hanya aku, ibu temanku dan satu pembantu cewek yang lumayan juga bodynya.<span class="fullpost"> Ibu temanku adalah wanita yang sangat seksi dan cantik meski usianya sudah 32 tahun, Hampir setiap hari aku melakukan onani akibat ga kuat menahan gejolak sex melihat kemolekan tubuh ibu temanku itu, sampai akhirnya muncul Cerita Dewasa Ngentot Ibu Teman ini dikarenakan nafsu sex binalku ini.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Setelah 3 minggu aku tinggal bersama mereka, timbul nafsu birahiku untuk menyetubuhi ibu temanku. Bagaimana tidak terangsang melihat wajah cantik yang dewasa dan menggairahkan serta tubuh yang seksi luar biasa (mungkin dikarenakan ikut senam). Setiap ibu temanku mandi, aku selalu menyempatkan diri untuk mengintipnya. Sambil melihat aku pun melakukan onani sampai-sampai maniku berceceran di lantai tempatku mengintip.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disitulah setiap hari aku melakukan aktifitas ini tanpa takut ketahuan oleh ibu maupun adik dan pembantuku. Terkadang kalau tidak sempat, aku tidak membersihkan bekas maniku karena takut ibu temanku lebih dulu datang. Aku tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada pagi hari ibu temanku menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Waktu itu pembantu sudah berangkat belanja ke pasar. Kulihat ibu temanku hanya memakai celana dalam, sedangkan bagian atasnya dia hanya memakai kaos, sehingga tonjolan dadanya terlihat sekali. Mungkin dia tidak risih berpakaian demikian karena seisi rumah biasanya hanya wanita, tetapi aku yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku pun mendesir. Apalagi sarapan yang kumakan kebanyakan menambah libido, sehingga birahiku pun semakin tinggi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Say.., celanamu kenapa..?” tanyanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Memang pada saat itu batang kemaluanku tegang sekali sampai terlihat dari luar celana. Saking kagetnya ditanya demikian, gelas yang sedang kuminum pun tumpah, untung tidak pecah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kalau minum pelan-pelan dong, Sayang..” sahutnya sambil mendekatiku dan mengelap tumpahan air di bajuku.</div><div style="text-align: justify;">Begitu dia mendekat aku merasa tidak tahan lagi. Aku segera berdiri dan memeluknya serta menghisap lehernya. Waktu itu otakku sudah keruh dan tak perduli apa-apa lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Say, jangan.. aku ini ibu temanmu mu..,” hanya itu yang dia katakan, tetapi dia sedikit pun tidak melawan, malah kemudian membiarkan aku membuka kaosnya sehingga tubuh indahnya pun terlihat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku pun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya, payudaranya yang besar kuhisap seperti pada waktu aku masih bayi, dan tanganku kupakai untuk memijat payudara sebelahnya serta untuk memeluknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu daerah erotis lainnya pun segera kunikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya aku terduduk mengarah persis di celana dalamnya. Kulihat waktu itu CD-nya sudah basah sekali, lalu kutarik CD-nya ke bawah dan langsung aku melakuan oral seks di liang kewanitaan ibu temanku. Waktu itu terciumlah bau khas wanita yang sebenarnya kurang sedap, tapi bau itu merupakan bau terindah yang pernah kucium dikarenakan nafsuku sudah memuncak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku pun menciumi permukaan kemaluannya sambil lidahku menari-nari di daerah paling sensitifnya, perbuatanku ini membuatnya melonjak seperti kesetrum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Cukup Roy, hentikanlaah.. aah..” katanya tetapi tangannya terus memegangi kepalaku yang tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk tetap menjilatinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat lidahku menjilati klitorisnya dengan lembut, tidak lama kemudian tubuh ibu temanku mengejang dengan hebat, dan desahannya semakin keras. Aku tidak perduli lagi dan terus menjilati kemaluan ibu temanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat dia mencapai orgasme tadi. Kuhisap semua cairan yang keluar, meskipun rasanya aneh di lidah tetapi terasa nikmat sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian ibu temanku yang terlihat lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Aku pun segera berdiri dan melucuti pakaianku. Dia tampak terkesan melihat batang kemaluanku yang besar dengan panjang kira-kira 15 cm dan berdiameter 4 cm. Ketika aku mendekat, ibu temanku mendorongku hingga aku terduduk di kursi makan dengan sisa tenaganya yang lemas. Kupikir ibu temanku menolak dan akan marah, tetapi dia segera berlutut mengarah ke batang kejantananku. Mulutnya begitu dekat ke kemaluanku tetapi dia diam saja. Aku yang sudah tidak tahan segera mendorong kepalanya menuju batang kejantananku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ibu temanku langsung mengulum senjataku dengan penuh nafsu. Hal itu terlihat dari kulumannya yang liar dan berirama cepat serta tangannya menggosok pangkal kemaluanku. Sambil dia melakukannya, kubelai rambutnya dan merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak terkira dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sampai akhirnya aku merasa tidak tahan lagi, air maniku menyembur di dalam mulut ibu temanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia segera memuntahkannya, dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang kejantananku dengan mulutnya. Melihat batang kejantananku masih tegang, dia segera naik ke pangkuanku dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Akhirnya tenggelamlah seluruh batang kemaluanku ini ke liang senggamanya. Gila.., rasanya luar biasa sekali. Meski aku sering jajan, tapi kuakui liang kewaniataan ibu temanku ini terasa nikmat luar biasa dibanding lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia mulai naik turun menggosok batang kejantananku sambil memeluk kepalaku sehingga aku berada persis di belahan payudaranya. Hal itu kumanfaatkan untuk menikmati sekitar wilayah dadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya dia berada di puncak orgasmenya, dan langsung mengerang kenikmatan. Aku pun mulai kewalahan menghadapi goyangannya yang semakin liar, dan akhirnya muncratlah air maniku untuk kedua kalinya di dalam liang senggamanya. Kami pun lalu saling berciuman dengan mesra. Kemudian tanpa berkata apa-apa, dia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu itu aku sadar bahwa aku telah menyetubuhi ibu temanku sendiri, karena merasa bersalah aku segera meninggalkannya untuk berangkat kuliah setelah berbenah, sementara dia masih di kamar mandi. Aku tidak tahu apa nantinya yang kulakukan dan bingung menghadapi semua hingga kutulis Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ibu Teman ini.</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-63931758377748138232011-09-27T03:24:00.000-07:002011-10-27T06:15:00.735-07:00Cerita Seks Dengan Karyo, Pria Ganas Yang Pintar Seks<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks dengan karyo yang suka seks, kisa ini sebenarnya jika diceritakan sungguh keterlaluan, karena ini adalah aib bagiku, apalagi jika sampai suamiku tahu, namun saya yakin cerita dewasa seks yang aku kisahkan disini akan aman, karena nama2 yang dipake disini bukanlah nama yang sebenarnya, semoga saja cerita seks ini menjadi bahan pertimbangan bagi anda2 yang mempunyai istri semacam saya, ya bisa dibilang hiperseks, sehingga lebih ber hati2, juga sekalian buat anda2 yang kurang memperhatikan kebutuhan seks istrinya, karena jika lama-kelamaan istri anda mengalami kekecewaan dalam melakukan hubungan seks, saya yakin istri anda juga sangat riskan mengalami hal seperti yang saya alami, ok begini cerita seks ini berawal, sebut saja Ratna (23) saya sendiri, seorang sarjana ilmu pemerintahan. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada kantor pemerintah daerah di Solo.<span class="fullpost"> Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34b. Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar. Sebagai pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Hanya saja , jika hasrat saya sedang meninggi ,dan Rio menolak berhubungan badan dengan alasan lelah , itu membuat saya kecewa. Memang saya akui kalau soal yang satu ini , saya lebih agresive .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami , dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok , sampai tentang ranjang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kalau sudah begini , tanpa saya sadar , vagina saya mulai berlendir . Untuk mengobati kekecewaan dengan suami saya , saya melakukan mastubasi . Tak ada jalan lain , entah apa kah saya seorang hypersex .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepedamotor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Namun, pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam , berperut buncit itu pada suami saya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kulihat sorot matanya tajam memandang diriku . Ketika mataku sejajar dengan matanya , aku menerima sinyal sinyal , aneh . Matanya seperti mengirim , sinyal birahi ke otakku . Aku segera menghindar , memalingkan mukaku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah bernegosiasi dengan suamiku , Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motornya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncit itu , yang kemudian kita ketahui bernama Karyo , pun setuju .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Akhirnya kita melanjutkan , perjalanan dan tiba dirumah . Entah kenapa , sosok Karyo membayangiKu , dan membuatKu agak birahi . Aku masuk ke kamar mandi, untuk mencuci muka , dan menganti pakaian .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Untuk mengoda suamiKu , aku mengenakan pakaian tidur tipis , tanpa bra . Lalu aku kembali ke kamar tidur . Aku memerima kekecewaan , suamiku terlihat sudah tertidur pulas .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku dengan membawa rasa kecewa , berbaring di samping suamiku . mataku menerawang jauh . Tiba tiba ruangan tidurku menjadi gelap , tubuhku kehilangan gaya gravitasi , seakan tubuhku melayang .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dan aku meresa sesak , tubuhku di himpit sosok bertubuh besar , aku berusaha sekuat tenaga mendorongnya . Sosok itu mundur beberapa langkah , saat itu juga ruang kamarku kembali terang .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kudapati Karyo , dengan mimik muka , penuh nafsu menghapiriku . Tubuhku bagai kehilangan tenaga . Dia merambet baju tidurku , dan merobek begitu saja . Kemudian tangan tangannya yang kasar , meremas buah dadaku , aku merasa sakit sekali . “ lepaskan , tolong .. tolong… “ pekik panikKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lidahnya yang terlihat kasar , menjulur keluar , dan mengenai putting susuku . Saat itu juga , getaran getaran birahi merasuk tubuhku . Aku mendesah kenikmatan . Lidahnya turus berputar , memberi sensasi nikmat di puting susuKu yang mulai membesar.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanpa kusadar , bagian bawah tubuhku mulai berlendir . Lidah Karyo terus turun dan turun , pusar ku pun di gelitik oleh lidah kasarnya . Lidah kasar itu tak bisa berhenti , dan terus memberiku rasa yang sangat nikmat .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Makin kebawah , terus dan lidah itu mulai menjilati bagian paling pribadi di tubuhKu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku mengerang , merasakan nikmat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya . Lidah itu terus menjilati selangkangan celana dalamku . Tapi rasanya lidah itu bersentuhan langsung ke klitorisku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku mendesah desah , dengan penuh nafsu . Pinggulku bergoyang seirama dengan jilatan Karyo . Dan terus begitu , sampai tubuhku mengeram , kejang . Aku menjerit sekeras mungkin “ Aghhh aku aku keluarrr “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tubuhku mengeliat , menikmati orgasme yang di berikan Karyo . Sesaat kemudian Karyo , hendak menarik turun celana dalamKu . Saat itu aku teringat suamiku tercinta . Segera Kakiku dengan kuat mendengan tubuhnya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karyo hanya tersenyum , dan dia mengambil pentungannya . Pentungan yang selalu dibawanya . Pentungan hitam sepanjang 60 cm , di hantam keras ke perutku . Aku menjerit , menerima rasa sakitnya . Berkali kali Karyo memukulku dengan pentungan itu . Sampai tubuhku terasa lemas .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tak bisa kulawan lagi , saat dia menarik turun celana dalamku . Matanya jalang , menatap vaginaKu dengan bukit berbulu , yang sangat berlendir itu . Dia segera membuka celananya dan aku bergidik .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Pak Karyo tidak mempunyai penis . Yang tegak mengantung itu adalah pentungan hitam yang di gunakan memukul tubuhku tadi . Aku menjerit jerit , ini monster , bukan manusia . Karyo semakin mendekat , pentungan yang mengantung di selangkangannya itu terus mendekat ke liang vaginaku . “ tolong , hentikan tolong , tolong “ jaritKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dan tiba , tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di vaginaKu . Dan ruang kamarku menjadi terang benderang menyilaukan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Peluh membasahi tubuhKu . Kulihat suamiku masih terlelap . Perlahan Aku beranjak dari ranjang , dan mengambil air minumku . Aku meminum segela air , untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokanku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku ke kamar mandi , membuka celana dalamku , dan duduk di kloset . Aku mendapati celana dalamku basah sekali , begitu juga vaginaku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Jari jariku menyentuh klitorisku , dan kembali sinyal sinyal birahi , aktif di otakku . Jari jari ku terus bermain di klitorisku , tubuhku menerima rasa nikmat . Terus dan terus , sampai aku mengejang , mencapai puncak birahiKu di atas kloset itu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Esoknya, setelah menjemput saya di kantor, Suami saya mengajak saya mampir ke rumah Karyo . “ untuk apa , mas ? “ tanyaku . “ yah , kita silaturami saja , kan tak enak rasanya , aku telah menabraknya “ kata suamiKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku mengalah , sebenar aku tak mau ketemu Karyo , apalagi sejak mimpiku yang aneh itu . Dan Aku tak pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun , tak terkecuali suamiKu sendiri .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">kami pun pergi ke rumah Karyo . Setelah berbasa basi dan minta maaf, Suami saya mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Yang saya tahu matanya terus jelalatan menatap tubuhku . Dan tiap kali matanya , bertemu mataku , ada getaran aneh yang kurasakan . Tapi aku tak tahu apa itu . Yang jelas , aku sepertinya manjadi birahi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kalau Memandang tubuh Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara perutnya membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah suamiku ngobrol cukup lama , akhirnya kita pamitan . Suamiku segera menjalankan mobilnya dan pulang kerumah . Malam itu aku berencana mengajak suamiku bercinta , tapi begitu dia masuk kamar dia langsung berkata “ ayo kita bobo yuk , saya lelah sekali hari ini , banyak tugas ..”</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku tersenyum dalam kekecewaan . Dan ikut berbaring bersama suamiku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Di kantor ,esok harinya aku tak semangat bekerja . Jam makan siang aku gunakan untuk pergi ke Mall . Tapi apes , di perempatan lampu merah , aku kecopetan . Dompetku di gondol pencopet itu . Aku tak terlalu memikirkan uang di dompet itu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tapi KTP dan SIM , mau tak mau aku harus lapor polisi.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah proses verbal selesai , aku pamit . Ketika berjalan di koridor kantor polisi itu aku berpapasan dengan Karyo. “ Bu Ranta, ngapain kesini “ kata Karyo . “ oh engak , cuma , lapor , saya habis kecopetan “ jawabku . Dan terus berjalan , mencoba menghindari dirinya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Eh , Bu Ratna , kebenaran kemari , ayo kita makan di kantin sana “ ajak Karyo . Matanya yang tajam menatap wajahku . Aku diam sesaat , berpikir , namanya juga polisi , pasti minta di bayarin makan . “ baik ,lah pak , tapi saya gak bisa lama lama yah “ kataKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah memilih tempat duduk , aku memesan air jeruk . Karyo memesan nasi goreng. Sambil makan ia bercerita. Tentang tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kadang Karyo juga bercerita , tentang hal hal kehidupan sexnya . Saya mendengarkan, rasa birahi mulai timbul , dan rasanya tubuh saya mulai , menyukai Karyo . Setelah itu dia menyakan bagai mana kehidupan sex saya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saya hanya bisa menjawab “ ah , biasa aja Pak Karyo , namanya juga suami istri “ . Pak karyo tersenyum , “ iyah maksud saya , bagaimana suami kamu di ranjang apa hot kayak saya engak ? “ . Aku hanya diam , aku berpikir , Karyo mulai kurang ajar , di lain pihak aku sepertinya tertarik bicara sama dia .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku berusaha mengalihkan arah pembicaraan . “ suami saya dan saya sedang ikut program , kami ingin punya anak , jadi kita main pakai aturan . “ . Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Oh ya. kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya . “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Mudah-mudahan saya bisa bantu. Kalau mau kita kerumah saya . Saya beri obat,” kata Pak Karyo pula. Aku berpikir , dan melirik jam tanganku , baru pukul 3.00 sore . “ Naik apa kita “ tanyaku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah motor yang aku tumpangi berhenti di rumah Karyo , dia segera mengajakku masuk kerumahnya . Tanpa bisa menolak , dia memegang tangan dan membawaku masuk kerumahnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengab. Jendela kecil disamping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya berasalan kasur yang sudah menipis.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku masih berdiri , rasanya tubuhku kaku . “ loh koq bengong , ini minyak khusus untuk pengobatan , supaya cepat hamil “ katanya sambil memperlihat botol kecil berwarna hitam . “ Ayo , buka baju kamu ..” katanya lagi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Entah apa yang terjadi pada diriku , aku seperti kehilangan akal sehat . Perlahan kancing bajuku aku buka satu persatu . Kemudian , aku membuka rok ku sendiri . Kini tubuhku hanya memaki Bra dan celana dalam hitamku saja . berdiri terpaku di depan orang yang pantas manjadi ayaku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Oh , Ratna , BH nya juga harus di buka dong “ kata Karyo lagi . Tanganku seperti di gerakan oleh pikirannya . Dengan gemetar , tanganku melepas kait BH ku . Dan kini dia bisa melihat jelas buah dadaku yang mengantung bebas , besar dan montok</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Oh , Ratna , suami kamu berutung bisa , memperoleh istri secantik kamu . “ guman pak Karyo , lalu memintaku berbaring terlentang di ranjangnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah aku berbaring , dia mengolesi tanganya dengan minyak yang ada di botol kecil itu , sebagian minyak itu di tuang di atas tubuhku . Perlahan tangan kasarnya mulai menyentuh tubuhku . Tangannya bergerak mengurut perutku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tanganya sepertinya bukan mengurut , melainkan mengelus elus perutku . Makin lama gerakkan tanganya makin keatas , dan tangan itu kini memainkan buah dadaku Aku tak kuasa menolaknya . Aku memejamkan mata , merasakan nikmat sentuhan tangan kasarnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah mulai basah. Saya mulai merasakan birahi saya meningkat. Jari jari itu terus mamainkan buah dada saya , tak ketinggalan putting susu saya di sentuh lembut oleh jarinya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Sambil mengigit bibir saya , berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan saya . Karyo terus memainkan buah dada saya. Perlahan tanganya turun kebawah , dan terus turun , jari jarinya menyentuh selangkangan celana dalam saya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saya tak kuasa , tubuh saya bagai terkena segatan listrik “ ohh Karyo , apa yang kamu lakukan ..” . Jari jarinya terus menekan nekan selangkangan celana dalam saya , yang otomasis , menyentuh klitoris saya , yang berada di balik celana dalam saya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lendir nikmat saya merember ke celana dalam saya , terus dan terus membasahi selangkangan celana dalam saya. Jari jari Karyo pun , terus bergetar di selangkangan celana dalam saya . “ oh , Karyo aku tak tahan .. aku tak kuat.. “.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ oh , ayo sayang , lepaskan nafsu kamu , lepaskan jangan di tahan “ katanya lembut , membuat tubuhku tak bisa lagi bertahan . Saat jarinya bergerak semakin liar , tubuhku mengejang hebat , pantatku terangkat , “ Karyo , a aku keluarrr “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Pantatku kembali terhempas di kasur lusuhnya , tubuhku lunglai . Aku merasakan sensasi nikmat , hampir sama dengan mimpi anehku beberapa hari yang lalu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Ratna sayang , itu baru jari saya bermain di celana dalam kamu , kamu bisa bayangkan kalau kamu , buka celana dalam kamu , dan rasakan lidah saya menjilati m-e-m-e-k kamu “ bisik karyo di telingaku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tangan karyo memegang celan dalam saya , berusaha membukanya , tapi tangan saya segera menghalanginya “ jangan Karyo , saya malu .. jangan “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tapi karyo terus memaksa , dan lepaslah celana dalam saya , dia orang kedu yang melihat vagina saya . Saya sungguh merasa bersalah sama Rio , tapi tubuh saya , pikiran saya sudah di kuasi nafsu birahi yang tak bisa saya tolak .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saat jari jarinya , membuka bibir vagina saya , dan lidahnya menjulur , menjilati kitoris saya tubuh saya , mangejang , merasakan nikmat sekali .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Karyo ahhh , i-t-i-l saya , ohh i-t-i-l saya gatel sekali .. “ desahku yang tak lagi menghiraukan rasa malu . Lidah lidahnya terus menjilati klitoris saya . Membuat tubuh saya mengejang tak karuan . “ Karyo ohh .. enak enak ..” .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lidah karyo juga tak ke tinggalan menjulur julur seperti memasuki liang sagamaku. Berputar di dalam liang sagamaKu . Tubuhku terasa ringan , seluruh kulitku sensitif Saat , Karyo kembali menjilati Klitorisku yang membesar , karena birahi , Aku tak tahan lagi “ ahh , gatel gatel banget , Karyo ..ahh…” .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Klitoriku rasanya mau pecah . Tubuh terhentak , aku menjejang , mengejet beberapa kali . Aku mengalami orgasme yang , hebat .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karyo membiarkan aku , dia menatap tubuh bugil ku , yang sesekali masih mengejet Matanya yang jalang , tak melepaskan satu inci pun bagian tubuhKu.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Puas menatap tubuh bugilku Karyo melepas pakaiannya . Aku bergidik , jika mengingat mimpiku . Apa iya , penis Karyo sebesar pentungan. Setelah penis hitamnya mencuat keluar aku baru tenang . Penis tak sebesar tongkat , tapi lebih besar dari milik suamiku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dia mendekat . Aku merapatkan kakiku .” tolong , jangan yang satu ini Karyo, tolong..” . Karyo tersenyum “ Ratna , aku sudah memberikan kamu nikmat , apa salahnya ganti kamu yang memberiku nikmat , sayang “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ jangan , tolong Karyo , aku masih punya suami , tolong lah “ pintaku . “ Hemm , oke deh , aku mengerti , kalo gitu pakai mulut kamu saja “ katanya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ oh , aku tidak pernah , jangan ..” kataku , dan penis Karyo terus mendekati wajahKu . “ masa sih , kamu gak pernah ngisep k-o-n-t-o-l suami kamu “ tanya Karyo . Aku mengangguk “ Sumpah Karyo , aku tak pernah “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Apa suami kamu pernah jilatin m-e-m-e-k kamu ? “ tanya Karyo lagi . Aku kembali mengeleng . “ gila , mana enak sih , jadi kalian , langsung aja buka baju , terus n-g-e-n-t-o-t .” katanya . Aku diam saja .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tapi seakan Karyo tak peduli , penis hitamnya terus di dekatkan ke wajah ku. Seakan tak mampu menolak , aku memejamkan mataku . Yang aku rasakan pipiku terasa hangat , dia menekan nekan penisnya di pipiku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Penis itu bergerak terus ke bibirku , dan berusaha masuk ke mulutku . Perlahan aku membuka mulutku . dan penisnya mulai masuk ke mulutku . Penis itu bergerak , Karyo seperti menzinai mulutku. Keluar masuk mulutku . KepalaKu di pegangnya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karyo mendengus kenikmatan , dan terus bergerak . Lama kelaman aku pun merasa terbiasa. Dan rasanya aku mulai suka permainan ini . Karyo terus memainkan penisnya di mulutku , sampai dia mengeram , dan spermanya keluar di mulutku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku segera memuntahkan spermanya . Baru kali ini Aku merasakan sperma . Rasanya aku ingin muntah . Karyo tampak terduduk lemas. Saat itu aku segera memakai pakaianku kembali . Aku segera meninggalkan ruamahnya , tanpa permisi</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Hari sudah gelap saat aku keluar dari rumahnya . Dengan menyetop taksi Aku segera pulang kerumahKu . Aku melihat Opel Blazer suamiku sudah terpakir dengan rapi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Sial Aku ke duluannya. Jantung berdegup , aku takut suamiku curiga , otakku segera berpikir , mencari alasan yang tepat jika suamiku menayakan hal ini .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Perlahan Aku membuka pintu , dan memasuki rumah ku . Tiba tiba suamiku memelukku dari belakang . Aku terkejut “ Ah .. mas bikin kaget aja ..” kataKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ ha ha ha , Aku gembira sayang , jabatanku di naikan , yang berarti gajiku juga di naik kan .. “ kata suamiku . Dia ingin menciumku . Tapi aku menghindar , mulutku kotor , aku malu terhadap diriku sendiri. “ Mas , yang benar ah , jangan bercanda “ kataKu untuk menhidari ciumannya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ benar sayang , benar , kita harus rayakan “ kata suamiku . “ oh , rayakan di mana mas “ tanyaKu . “ karena sudah malam , kita rayakan di ranjang saja yah, sayang “ kata suamiku . Dan tangannya segera mengangkat rok ku , dan menyetuh selangkanganKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku berusaha mengindar lagi , ih mas masa di sini , nanti kelihatan orang dong di kamar saja “ kataKu . “ loh , di rumah ini kan cuma kita berdua ..” kata suamiku . Yang jarinya segera meraba selangkangan ku . Jarinya menyelinap di balik celana dalamKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku takut , suamiku curiga , karena Vaginaku basah , akibat di buat Karyo tadi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Sayang , koq m-e-m-e-k kamu sudah basah benar sih , kamu horny yah “ kata suami ku . “ ih mas bisa aja , tadi aku habis pipis , di rumah bu Ani “ kataku berbohong . “ oh , kamu di rumah Ani , toh “ kata suamiku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ aku mandi dulu yah “ kataku langsung lari ke kamar mandi . Aku segar membasuh mulutku , mencuci bersih vaginaku . Aku merasa sangat menyesal telah melakukan hal ini terhadap suamiku. Walaupun selama setahun menikah dengannya tak pernah sekalipun aku merasa begitu nikmat dalam bercinta.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku membutuhkan kenikmatan itu , tapi aku juga membutuhkan suamiku . Aku tak habis pikir , pikiranku menolak Karyo , tapi tubuhku sangat menginginkan Karyo .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ sayang , cepat dong ..” terdengar suara mesra suamiku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Malam itu kami bercinta . ada rasa hambur disitu . Aku mencintai suamiku , tapi rasanya sexku tak terpuaskan . Sekarang aku makin bisa membedakan . Benar kata Karyo , Aku seperti tempolong , suamiku hanya mempergunakan vaginaku untuk mengeluarkan spermanya , tanpa bisa memuaskan diriku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tapi biar bagaimanapun , Rio adalah pilihanKu , aku harus konsekuen . Aku mencintainya apa adanya. Aku lebih baik mengekang nafsu birahi . Aku memutuskan untuk tak menemui Karyo lagi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Ratna , mas besok harus ke Jakarta , menemui dereksi darti kantor pusat “ kata Rio tiga hari setelah kenaikan jabatannya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ ha , berapa hari mas , saya boleh ikut ? kataku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Ah cuma sehari koq , “ kata Rio . “ tapi mas , saya takut di rumah sendiran “ kata ku , dengan harapan suamiku mau mengajakku ke Jakarta . Tapi jawabannya , berbeda dengan yang kuharapkan .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ saya sudah minta Pak Karyo unutk mengawasi rumah kita , dia akan mengirim anak buahnya , untuk jaga di sini , kamu tenang aja deh “ kata suamiku. Jantung berdugup keras , Karyo lagi ..</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Pagi itu suamiku di jemput mobil dari kantornya , dan mobil itu segera membawa suamiku ke airport . Dangan melambaikan tangan aku melepas suami ku ke Jakarta.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Belum sempat aku menutup pintu rumahku , sosok tubuh besar itu sudah berada di depan pintu rumahku . “ Karyo , mau apa pagi pagi begini ke rumah orang “ kataku ku buat ketus.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ loh , suami mu minta , aku menjaga rumah mu , juga menjaga dirimu he he he “ kata Karyo , yang terus masuk ke rumahku tanpa di persilakan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Karyo , tolong jangan ganggu aku , “ kataKu . Karyo menatapku , bola matanya bagaikan bersinar , yang menerobos ke mataku . “ Ratna , ayo katakan dengan nurani kamu , kamu tak membutuhkan diriku “ kata Karyo .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Aku , aku , aku “ lidahku seperti terkunci . Tangan karyo segera mengandeng tubuhku , membawaku masuk ke kamarku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ sayang , aku tak bermaksud jahat sama kamu , aku cuma mau memberi kamu kenikmatan sayang . kita sama sama butuh itu “ kata Karyo .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Perlahan Karyo melepas daster tidurku , yang di balik daster itu aku tak memakai bra . Dan buah dadaku langsung terpampang di hadapannya . Perlahan lidahnya menjilat puting susuku . “ ahh .. “ desahku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Pikiranku kosong melopong , aku lupa suamiku . aku hanya ingat kenikmat yang kudapat dari Karyo . Lidahnya terus bermain di putingku . Jari jarinya hinggap di selangkangan celana dalam merahku . “ ohh Karyo .. sudah tolong jangan bikin aku nafsu ” .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Jari jari itu bergerak , dan vaginaku mulai mengeluarkan lendir birahi . Mulutnya pun terus menyedot nyedot buah dadaku . Jarinya terus menari nari di selangkangan celana dalamku yang makin membasah .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Ohh , Karyo kamu jahat ooh i-t-i-l saya jadi gatel .. “ desah saya . Karyo terus menaikkan birahi saya dengan permainannya. Saya sudah tak tahan , saya mendesah kenikmatan “ karyo , saya mau keluar “ . Saat itu , Karyo dengan sekuat tenaga , meremas buah dada saya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saya menjerit kesakitan , otomatis , birahi saya menurun , orgasme saya menghilang . Tapi Karyo perlahan menjilati lagi putting susu saya . mengelitik . Membuat birahi saya berangsur naik kembali . Kembali saya mendesah kenikmatan .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saat saya hampir menuju puncak kenikmatan saya , Karyo mengigit putting susu saya , memberi saya rasa sakit . kembali saya gagal orgasme.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tapi Karyo segera menaikan birahi saya lagi ,dengan memainkan selangkangan saya “ Karyo tolonglah , saya mau orgasme buat saya orgasme . ” saya memohon orgasme pada dirinya setelah dia mengagalkan orgasme saya yang ke tiga kali .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ tenang sayang , saya pasti kasih kamu orgasme yang ternikmat yang pernah kamu rasakan “ . Sambil dia mendorong tubuh saya dan saya terduduk di pinggir ranjang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Celana dalan saya , sudah terlepas dari tubuh saya . dangan dua jarinya bibir vagina saya di buka . Lidahnya menjulur menjilati klitoris saya . Saya mengerang “ ohh , iyah terus buat saya orgasme , saya mau keluar …Karyo ..” .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lidahnya dengan cepat , terus merangsang klitoris saya yang semakin membesar ,</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ oh.. karyo , gatel , enak sekali teruss “ . Lidah itu terus menjilati klitoris saya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Saya sudah dekat , dan seperti nya Karyo tahu , Dia sengaja , segera klitoris saya di sedotnya dengan kuat , saya merasakan sakit sekali , yang membuat orgasme saya pergi menjauh .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Karyo , kamu jahat , kamu jahat , tolong saya mau keluarr “ kata saya mengiba , rasanya saya ingin menangis . Mengiba minta orgasme , dari orang seperti Karyo , sangat merendah kan diri saya. Tapi apa boleh buat , saya tengah di amuk birahi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Ratna sayang , tenang kamu pesti mendapatkan orgasme “ katanya . Lidahnya kembali menjilati klitoris saya dengan lembut. Tiga buah jarinya di gunakan menekan perut saya di bawah pusar . Ini membuat saya merasa ingin pipis . Saya mencoba mengeser tanganya . Tapi saya seperti tak bertenaga.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Lidahnya terus memberi kenikmatan di klitoris saya , sebentar saja , rasa ingin orgasme telah mendera tubuh saya . “ Ohh , Karyo , saya , oh i-t-i-l nya ..oh gatel sekali , saya tak kuatt .. oh kebelet.. mau pipis “ . Saya merasakan seperti nya sulit menahan rasa ingin pipis , tapi saya juga mau orgasme.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Yah , lepaskan Ratna , ayo keluarkan nafsu birahi kamu ..” kata Karyo . Tubuhku mengejang “ OOHHHH .. Karyo .. ahh gatell gatell aku tak tahan“ jeritku tak karuan .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tubuhku mengerang nikmat , dan Aku menyemburkan pipiku dengan kuat . Aku merasa kan setiap tetes air seniku , mengalir memberi sensasi kenikmatan , berbarengan orgasmeKu .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku orgasme dangan begitu fantastik , tak aku perdulikan kamarku yang basah dengan air pipisku . Tubuhku sepertinya rontok , tulangku seperti lepas , aku terbaring dengan lemas.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karyo hanya melihatku dengan tersenyum . Dan membiarkan diriku beristirahat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Setelah itu tubuh Karyo yang bugil merangkang menaikki tubuhku , aku berusaha mendorong tubuhnya “ Karyo jangan , aku pakai mulutku saja “ kataKu , tak rela penisnya memasuki tubuhku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ aku sudah pernah merasakan mulut kamu sayang , sekarang aku mau coba m-e-m-e-k kamu “ kata Karyo . Tubuh terasa lemas , seperti tak bertulang , Karyo dengan mudah membuka lebar kaki ku , kepala penisnya mulai menyetuh liang vaginaku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Air mataku meleleh di pipiku saat itu aku teringat suamiku Rio . Aku memejamkan mata . Saat kurasa , penisnya mulai memasuki tubuhku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Getar getar nikmat mulai berkecamuk di diriku . Aku merasakan sentuhan penisnya yang menikmatkan. Tak pernah Sekalipun aku menemukan rasa ini pada penis Rio .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Tat kala batang penis hitamnya bergerak keluar masuk , aku mulai merakan nikmat yang luar biasa , Karyo yang terus mengocok vaginaku dengan penisnya mendengus “ m-e-m-e-k kamu luar biasa nikmatnya sayang “ katanya .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Dalam hati aku pun berkata yang sama . “ Ahh Karyo .. ahhh “ desahku Goyangannya yang lembut, tapi mantap segera membawaku ke puncak orgasme . Tapi seperti sebelumnya Karyo menahannya . Dia membenamkan penis besar di dalam , vaginaku , dan dia diam tak bergerak .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">“ Karyo , ayo goyang dong ..” pintaKu . Karyo tersenyum “ loh , tadi gak mau , koq sekarang minta “ . Wajahku sepertinya panas , birahiku melorot .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Kembali Karyo mengoyang , dan membawaku kepuncak orgasmeku . Aku sudah tak tahan , aku harus mendapatkan orgasmeku . Dan lagi lagi Karyo dengan sengaja membatalkan orgasmeku . Penisnya di hentak keras ke dalam vaginaku , rasanya kepala penisnya memukul rahimku .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku mengerang sakit . “ Karyo , kamu jahat sekali ..” kataku . Karyo tersenyum . “ kalau mau ninta orgasme dari aku yah , kamu harus minta dengan mesra dan nafsu dong “ katanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku seperti seorang cewek murahan tak bisa berpikir jernih . langsung aku berkata “ Ayo , mas Karyo e-n-t-o-tin Ratna ,yah , Ratna minta orgasme , ayo mas tolong “.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Karyo tersenyum , dan dia mulai mengoyang batang penisnya. Penis itu membuat aku gila . Sebentar saja , rasa gatel di vaginaku , membuat tubuhku mengerang dan menjerit “ ahhh , enak….aku keluarrr “ .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Aku lemas , Karyo menahan gerakan penisnya sebentar , merasakan otot otot vaginaku meremas batang penisnya , dan kemudian bergerak lagi . Sebentar saja , aku mencapai orgasme lagi .</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Entah hari itu berapa kali tubuhku , mengejang di buat orgasme oleh batang penis Karyo . Yang jelas aku sangat menikmati permainannya . Aku lupa siapa diriku , aku lupa siapa suamiku.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan sahwat kepadanya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost">Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu sama sekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Karyo itu. Entah sampai kapan.</span></span></div>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-52980588358051490122011-09-27T03:19:00.000-07:002011-10-27T06:14:50.935-07:00Cerita Seks Tante Sis Yang Seksi Dan Panas<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks ini berawal dari kejadian dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah bandung, cerita kegilaan ini menghasilkan cerita dewasa seks yang ga biasa, yaitu main seks dengan tante ku sendiri yang memang kalo dibilang luar biasa body nya, memang aku sering berfikir yang neko2 ketika aku berada di sampingnya, gimana nggak, aku seringmenemui tante ku tersebut habis mandi hanya pake handuk, padahal tubuhnya yang molek dan seksi dengan tonjolan dada yang mantab itu selalu terlihat menyembul sebagai belahan di sela2 handuk yang dipake, semakin sering aku ngelihat semakin horny juga ku dan kadang karena tak kuasa maka aku langsung lari ke toilet untuk onani. Ok aku cerita cerita seks ini, begini kisahnya, om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan 5 tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.<span class="fullpost"> Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">“Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Tarunanya dan pergi entah ke mana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.</div><div style="text-align: justify;">Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”</div><div style="text-align: justify;">Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba Tante Sis berkata, “Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke depok, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”</div><div style="text-align: justify;">“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”</div><div style="text-align: justify;">Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).</div><div style="text-align: justify;">“Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”</div><div style="text-align: justify;">“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “Saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mau apa kamu?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.</div><div style="text-align: justify;">“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.</div><div style="text-align: justify;">“Lepasin Tante, deh,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.</div><div style="text-align: justify;">Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri….yaitu tanteku….</div><div style="text-align: justify;">Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang TANTEKU……….. ,</div><div style="text-align: justify;">Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku .</div><div style="text-align: justify;">ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini……………………………………..</div><div style="text-align: justify;">“heh, jangan, aku Tantemu tolong lepasin, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. …….usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil……karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama</div><div style="text-align: justify;">bahkan mungkin lebih fatal akibatnya…….</div><div style="text-align: justify;">Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Auuhh, sakit, aduh.. Tante minta ampun.. tolong jangan lakukan …..lepasin Tante..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih…..,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.</div><div style="text-align: justify;">Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ……..tanteku menggelinjang hebat…..seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya….</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">ssshhhhhhhhh….tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku…….kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar saya yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">kemaluanku kudorong perlahan …seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama……..</div><div style="text-align: justify;">cllkk….clllkkkk.cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku…….seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak……</div><div style="text-align: justify;">…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme……………………………………. ……………</div><div style="text-align: justify;">kudiamkan sejenak …..kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya………kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat…..kurasakan tubuh tanteku bergetar….</div><div style="text-align: justify;">kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya…….</div><div style="text-align: justify;">kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas……kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku……tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku,….lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan…..dan menurunkannya lagi….kuangkat lagi……dan kuturunkan lagi…….kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas …kelubang nikmatnya……</div><div style="text-align: justify;">ahirnya tanpa kubantu ….tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun…..</div><div style="text-align: justify;">oooooooccchhhhhhhh…….aku yang blingsatan kenikmatan…</div><div style="text-align: justify;">rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas….</div><div style="text-align: justify;">kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini….</div><div style="text-align: justify;">rupanya tanteku mengetahui keadaan ini …ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya…….</div><div style="text-align: justify;">oooooochhhhhh,…………sshhh……kali ini aku yang mirip orang kepedasan</div><div style="text-align: justify;">aku mengangkat kepalaku…kuhisap puting susu tanteku…..</div><div style="text-align: justify;">ia mengerang……..goyangannya tambah dipercepat….</div><div style="text-align: justify;">dan 5 menit berjalan …….tanteku bergetar lagi……ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua……</div><div style="text-align: justify;">pundakku dicengkeramnya erat……</div><div style="text-align: justify;">ssshhhhhhh………bibir bawahnya digigit…sambil kepalanya menengadah keatas…..</div><div style="text-align: justify;">“….******* kamu…….tante kok bisa jadi gini…..ssssshhhh</div><div style="text-align: justify;">….tante udah 2 kali kluarrrrrrrr…”…..</div><div style="text-align: justify;">aku hanya tersenyum…..</div><div style="text-align: justify;">“tulangku rasa lepas semua to….”</div><div style="text-align: justify;">aku kembali tersenyum…</div><div style="text-align: justify;">“tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu..”</div><div style="text-align: justify;">kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional..</div><div style="text-align: justify;">kugenjot dengan deras kewanitaannya…..</div><div style="text-align: justify;">oooohhh oohhh….ssshhhhh</div><div style="text-align: justify;">tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku…………..</div><div style="text-align: justify;">aku pun sudah kepengen nyampe…….</div><div style="text-align: justify;">dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.</div><div style="text-align: justify;">ssshhhhhh……aaachhhhhhh………………..</div><div style="text-align: justify;">spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku……..</div><div style="text-align: justify;">mata tanteku sayu menatapku klimaks………</div><div style="text-align: justify;">permainan panjang yang sangat melelahkan……yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih…….</div><div style="text-align: justify;">kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku…………………..</div><div style="text-align: justify;">“kamu harus menjaga rahasia ini lo…..”</div><div style="text-align: justify;">aku hanya mengangguk….</div><div style="text-align: justify;">dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak…….</div><div style="text-align: justify;">karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya……</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">ada kalanya, semua tak berahir di ranjang…kepuasan bisa diwujudkan bermacam2…</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-41595280511820283812011-09-27T03:16:00.002-07:002011-10-27T06:14:42.765-07:00Cerita Seks Dengan 4 Wanita Seksi<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks dengan 4 wanita seksi ini merupakan sebuah cerita dewasa seks yang amat menggugah selera kejantanan pria, semua cerita dewasa yang pernah kuceritakan seakan-akan hilang artinya dengan cerita seks yang satu ini, coba bayangkan saja, 4 wanita seksi menggauliku berkali-kali, dan dari 4 wanita tersebut ga ada yang bertubuh dan bertampang jelek, semua cantik2 dan seksi2, hingga terkadang ketika aku mengingatnya kembali, atau mengingat cerita ini maka akan kembali hasratku untuk melakukan seks dengan mereka lagi, mungkin beberapa waktu lagi aku akan mencari mereka lagi untuk melakuakn cerita seks ini lagi bersama. Ok begini ceritanya….</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Satt itu aku terbangun aku mendengar mbak Peggy bercerita riuh dengan lawan bicaranya di ponsel sambil duduk di meja rias kamarnya, dia atau mbak peggy ini adalah wanita yang bisa dibilang kesepian dan kaya, dia membutuhkan seks karena menurutku dia adalh seorang hiperseks yang membutuhkan seks untuk pemuas nafsunya, saat itu lirik jam di dinding kamar ini yang terlihat kabur jarumnya, menunjuk angka 9 dan 10.<span class="fullpost"> Berarti sampai mendekati hampir tengah malam aku telah beristirahat di kamar mbak Peggy. Bergerak mengangkat selimut aku bergeser ke kiri ke arah kamar mandi di dalam kamarnya sambil menoleh kiri kanan mencari celana dalamku. kutemukan tergeletak di dekat kursi kecil yang dipakai duduk Mbak Peggy, kubiarkan tubuhku berdiri meneruskan langkah kaki ke kamar mandi. Kuraih sabun mandi dan shampoo di wastafel, aku beranjak ke bathup di ujung kamar mandi. Kuputar keran panas dan dingin, kucari kombinasi air hangat yang bakal kupakai berendam.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Ahg, memang air hangat tersebut serasa memijat kakiku, dan kubiarkan diriku perlahan-lahan terbenam hingga leherku. Dari celah pintu yang setengah tertutup itu aku mendengar mbak Peggy masih bercerita seru adegan ranjang yang dinikmatinya bersamaku tadi sore, selepas minum ramuan khasiatnya yang membangkitkan energiku sore tadi. Kubiarkan badanku menerima kehangatan air hangat keran kamar mandi sambil bersandar kupejamkan mata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah lama tak terdengar lagi suara mbak Peggy, aku menghentikan usapan sabun di tubuhku dan berusaha berdiri mengarah ke pintu tempat handuk bergantung. Bersamaan dengan itu … Terdengar pintu kamar terbuka. Dari celah pintu kamar mandi, dari kaca rias di kamar aku melihat jelas pembantu mbak Peggy si Ririn masuk ke dalam sambil membawa kain bersih di nampan bersama teh hangat dan kue kecil bertumpuk di piring.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat membersihkan tempat tidur, dari ujung seberangku hingga berputar mendekati kamar mandi, aku telah kering menyeka basah tubuhku, yang kulilit handuk sepinggang. Saat membungkuk membetulkan seprei tempat tidur sambil membelakangiku, perlahan aku keluar kamar mandi dan merangkulnya dari belakang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Aih! – pekiknya kecil terkejut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih membungkuk, kuremas dada dan perutnya dalam pelukanku, kuarahkan dia menatap cermin meja rias, yang terlihat jelas belahan dadanya tersembul dibalik dasternya yang sedikit ketat. busana remaja sekarang memang sexy, membuatku senang menatap pemandangan indah di cermin. Ririn yang meronta berusha berdiri dan melepas tanganku mulai mengerutkan dahi tanda risih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Nyonyamu mana sayang ? – tanyaku</div><div style="text-align: justify;">- Errhh!! Keluar ke temannya, ada yang ingin bertemu degnannya di daerah mall.</div><div style="text-align: justify;">- Uhhh!! Tolong lepaskan mas – pintanya memelas</div><div style="text-align: justify;">- Hmm, terus teh ini untuk siapa Ririn ?</div><div style="text-align: justify;">- Untuk mas, sesuai pesan nyonya tadi.</div><div style="text-align: justify;">- Apa saja pesannya ? – sambil menggerayangi tubuh remajanya yang masih kencang ini, aku mengarahkannya ke arah meja rias.</div><div style="text-align: justify;">- Untuk melayani mas sebelum nyonya datang. Aarhh!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pekiknya saat tangan kiriku yang memgang perutnya mulai turun ke bawah.</div><div style="text-align: justify;">Kuraih pangkal pahanya yang masih rapat tertutup pahanya, kuremas buah dadanya dari belakang, sambil kugesek gesekan pusakaku pada pantat atau punggungnya, sekenanya. tangannya berusaha menggapai tepian meja rias, kursi rias ataupun karpet bulu di kamar, berusaha menopang tubuhnya agar tak jatuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Yah layani aku dong Ririn … aku kan ingin kau melakukannya …</div><div style="text-align: justify;">- Arrh!! – pekik Ririn,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">saat kupegang pergelangan tangannya, kuputar badannya menghadapku, yang dengan cepat menarik ke atas dasternya menutup muka dan menahan tangannya di atas. Kutarik kebawah dengan cepat celana dalamnya dan saat membungkuk segera kuraih bra yang menutup dada ranumnya. kulepaskan bra dan celana dalamnya, memperlihatkan tubuhnya yang ramping indah masa2 remajanya. wajahnya masih tertutup daster yang berusaha ditariknya keluar. Kubantu Ririn melepas dsternya, hingga terlihat sekarang ia menggigit bibir bawahnya sambil memelas wajahnya menatapku</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Jangan mas .. ampun mas …</div><div style="text-align: justify;">- Jadi kau tak mau melayaniku ? – kubiarkan diriku duduk di tempat tidur.</div><div style="text-align: justify;">- Jangan melayani ini mas … nanti sakit mas …</div><div style="text-align: justify;">- Tapi ada nikmatnya kan ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ririn tak menjawab. Ia menutupi kedua buah dadanya dengan menyilangkan tangannya, menutup erat pangkal pahanya dengan merapatkan lututnya kesamping setengah ditekuk. Wao! terlihat indah nian dipandang bentuk dan pose yang dilakukan Ririn di depanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Ririn sayang, cobalah kau menikmatinya dengan hati terbuka, ikhlas.</div><div style="text-align: justify;">- Engkau malah akan merasakan rasa nikmat yang beda dengan usaha penolakanmu. – rayuku</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ririn diam saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Kalau mbak Peggy senang dengan pelayananmu padaku, tentunya sikap mbak Peggy akan baik kepadamu kan ?</div><div style="text-align: justify;">- Kemarilah Ririn sayang – kataku perlahan sambil berdiri.</div><div style="text-align: justify;">- Engkau cantik – kuarahkan mukaku ke wajahnya dan mulai mencium pipi, ke arah telinga terus ke leher.</div><div style="text-align: justify;">- Engkau gadis sexy Ririn. kulitmu bagus – kuhisap bahunya, turun ke bawah ke depan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mulai terasa pangkal buah dadanya mengeras, bergetar lembut saat tanganku mengajak pergelangan tangannya menjauhinya. Kubenamkan mulutku, menghisap dan mnggigit dada ranum kenyal, ketat milik Ririn.</div><div style="text-align: justify;">Ririn diam saja, masih menggigit bibir bawahnya, mulai menunduk dengan mata terpejam, terkulai ke kanan.</div><div style="text-align: justify;">Kupeluk tubuh rampingnya,</div><div style="text-align: justify;">Kuremas kedua pantatnya,</div><div style="text-align: justify;">Kulebarkan pahanya</div><div style="text-align: justify;">Kulakukan remasan selama beberapa waktu sampai akhirnya kupeluk erat dan kubaringkan ke karpet bulu di kamar mbak Peggy ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih terpejam mata Ririn, bibirnya setengah terbuka, kedua tangannya mendekap kepalaku.</div><div style="text-align: justify;">Kutindih badannya, kubuka kakinya lebar2 dengan usaha kakiku, kugesekkan perlahan handuk yang melindungi pusakaku ke pangkal pahanya. Kakinya terbuka secara suka rela, tertekuk lututnya.</div><div style="text-align: justify;">Nafasnya tersengal saat pusakaku yang mulai mengeras menekan pangkal pahanya.</div><div style="text-align: justify;">Ririn meremas tangannya di kepalaku saat tubuhku mendorong maju mundur dan menekan ke bawah.</div><div style="text-align: justify;">Merintih dan mengerang sambil menggoyangkan badannya mencari irama yang diinginkannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak terasa lama kami saling memagut, menekan dan mendekap pasangannya masing, sampai mulai terasa hangat pusakaku menyentuh tubuhnya. Handukku telah terlepas.</div><div style="text-align: justify;">Sedikit mengangkat panggul aku mengarahkan kepala pusakaku ketengah pangkal paha Ririn.</div><div style="text-align: justify;">Ririn diam tak bereaksi menunggu saat2 itu tiba.</div><div style="text-align: justify;">Kepalaku didekap erat sambil mengerang</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- ERrrgh!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat kepala pusakaku mulai menempati posisi yang pas pada milik Ririn.</div><div style="text-align: justify;">Segera kudorong tubuhku sambil menekan membuatnya membuka mulut, tapi tak berusara.</div><div style="text-align: justify;">Matanya terpejam dan terbuka sesaat, bergantian, seirama dengan goyangannya mengimbangi dorongan dan tekananku.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu kemudian</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- AAARRRGH!! – pekiknya nyaring, pendek, dan terbuka lebar mata dan mulutnya</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sambil berkelojotan, bergoyang dan bergetar semua tubuhnya menghimpit rapat pingggangku. Pahanya yang erat menjepitku sekarang diringi gemetar semua dadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Ririn diam, memejamkan mata, masih berair ujung kelopak matanya, tapi sedikit tersenyum Ririn masih mengelus kepalaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Enak kan sayang ?? – bisikku di telinganya, tanpa menghentikan gerakanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih dengan irama yang sama aku sekarang duduk berlutut dihadapnnya, membuka lebar kakinya dengan keuda tanganku di betisnya yang kuangkat ke atas. Tangannya sekarang mencengkeram kursi rias dan karpet bulu di salah satunya. Kepalanya masih terkulai ke kanan, mengangguk-angguk. sambil menekan bibir bawah ia mulai merintih lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pintu kamar terbuka dari luar!! Kuangkat kepalaku dan mbak Peggy masuk. sambil menatap kami ia tersenyum kecil, meletakkan pantantnya di kasur, melepaskan sepatu tingginya.</div><div style="text-align: justify;">DI pintu, masuk lagi seorang wanita tinggi, lebih muda dari mbak Peggy dengan kurus panjang wajahnya mirip gadis foto model. Bajunya yang terikat diujung bawahnya memperlihatkan branya yang gelap membungkus dadanya yang kencang. Rok jeans sepaha yang dikenakannya terlihat amat sangat sexy membungkus pahanya yang putih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lalu masuk lagi seorang wanita pendek dengan tubuh yang sedikit lebih lebar dari mbak Peggy, tetapi memiliki buah dada yang teramat besar. Baju putihnya lurus membungkus menutupi bentuk tubuhnya yang sedikit lebar itu, tanpa dapat menyembunyikan besar dada di depannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Sayang, ini Desty dan yang baju putih ini Septi. – yang kemudian menyebutkan namaku kepada mereka</div><div style="text-align: justify;">- Yang di bawah tu si Ririn, masih perawan dia tadi pagi. – senyumnya kepada temannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku tidak menghentikan gerakanku, masih menikmati denyutan di dalam lubang Ririn yang sekarang ikut menoleh ke arah mereka. Bingung ia harus berbuat apa sementara tubuhku masih mendorong keluar masuk pusakaku ke dalam lubang miliknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mbak Peggy keluar kamar sambil menepuk pundak Desty</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Ayolah kalo kau menginginkannya.</div><div style="text-align: justify;">- Yuk Ndut, kita ke dapur dulu. – ajak Mbak Peggy ke arah Septi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulihat Desty mulai melepaskan perhiasannya, meletakkan dalam tasnya. Membuka kancing bra dan ikatan bajunya, meletakkannya di kursi rias sambil mendekat kearahku. Kulihat Jelas buah dadanya bagus menjulang, ujungnya runcing membuatku ingin menghisapnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sedikit membungkuk ia menurunkan rok jeans yang telah terbuka resletingnya. celana dalam coklat gelap dengan bordir indah menambah indah bentuk lekukan bawah pusar si Desty.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Mas – kata Desty perlahan sambil mendekatkan wajahnya menciumi punggungku yang masih bergoyang berirama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Desty merangkulku dari belakang, dan mengesekkan tubuhnya pada punggungku, kurasakan dadanya yang kenyal dan ketat itu menekan punggungku. Kemudian ia bangkit sedikit berdiri, menempelkan perutnya ke punggungku. Kurebahkan miring si Ririn di bawah, kakinya kanannya kusilangkan dengan kaki kirinya, pahanya sedikit merapat, pangkal pahanya seditkit lebih menjepit erat miliku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ririn merintih, kali ini meremas karpet disebelahnya erat2, kemudian sambil merapatkan bibir ia mengejang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tanganku yang memegang kakinya merasa getaran kejang2 cepat yang kemudian berhenti, tapi dengan otot2 tubuh yang masih mengejang. badannya setengah tertekuk ke samping, lubangnya terasa lebih sempit dari sebelummnya saat itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian ia diam tak bergerak, dengan masih rebah miring dan kaki terangkat satu. Ia tak bergerak, diam lemas tapi masih mencengkeram karpet bulu. Dari tadi tubuhku tetap bergoyang dengan irama yang sama menekan ke depan dan ke bawah.Aku tidak melihat perlawanan lagi. Tapi lubang milik Ririn itu aku masih suka mengolahnya dengan pusakaku. Tidak sesempit sesaat tadi, tapi masih terasa menjepit dan berdenyut saat aku menghentikan sebentar gerakanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Desty yang tanganya sudah gatal telah memulai meremas dadanya sendiri, menyaksikan kelojotan dan kejangan Ririn di hadapannya. Sambil meraih pergelangan tangan kiriku, ia menyodorkan kemaluannya, menempelkan tangannya di situ sambil menggesekan tubuhnya ke tanganku. Sedikit kujepit dengan ibu jari dan telunjukku, kubuat celana dalam Desty sedikit turun ke bawah. Dari samping kemudian merangkulku, duduk di paha kiriku, menghadapku. Membuka pahanya lebar2 dan membenamkan pangkalnya ke pahaku. Dicondongkannya tubuh bawahnya hingga lebih menempel, menggesekkan kemaluannya ke pahaku. Kemudian menggesek kedua dadanya di bahu kiriku, naik turun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulepaskan si Ririn yang terdiam di lantai, kuajak berdiri sebentar si Desty, kemudian mengajaknya duduk di kursi rias. Kutarik lepas celana dalamnya, tubuh Desty yang aduhai ini telah duduk di kursi rias dengan terbuka lebar pahanya. Segera kudorong bersandar ke meja rias, ia menopang sikunya. Pangkal pahanya dicondongkan ke arahku, memperlihatkan bentuk kemaluannya yang terselimut bulu tebal dari bawah pusar hingga sekeliling pangkal kakinya. kakinya dibuka sedemikian lebar hingga kedua tanganku dapat membuka belahan bawah Desty dan memijitnya perlahan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- UUUhhggghh – Mengecil mulut Desty ke depan, melenguh melepaskan nafas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kumasukkan pusakaku ke dalam milik Desty, kulakukan gerakan maju mundur dengan irama perlahan. Terasa masih kering lubang Desty, sehingga masih terasa dinding pusakaku menggesek lubang Desty saat berusaha masuk. Desty tersenyum nakal. dan mulai menggoyangkan naik turun bawah perutnya, membuatku semakin bersemangat menekan tubuhnya. Kupercepat gerakanku. ku tak peduli jika aku mencapai puncakku sebentar lagi. Tapi herannya, perasaan rileks di kepalaku dan nafas teratur miliku seperti malah membuatku tidak sampai2 pada ujung nikmatku. Sudah tegang pusakaku bersama si Ririn, Sudah bergesekan di lubang sempit miliknya berulang kali. Kali ini dengan Desty, lubang keringnya yang menggigit dinding pusakaku, juga tak sanggup melepaskan energi yang kutunggu dari tadi. Heran juga ku sekilas. Tapi dorongan2 dan tekanan tajam, cepat dan berulang kepada Desty membuat lubangnya mulai basah juga.</div><div style="text-align: justify;">Dengan cepat ia merangkul kepalaku, pahanya dengan sigap dan cepat merangkul pinggangku, sehingga membuatku bangkit, menggendongnya, dan mendorong lubang di bawah badannya dalam-dalam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- AArghhh!! nikmat mas …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Badan Desty bergoyang dalam gendonganku. Kadang naik turun, kadang maju mundur, sambil terus menjepit kepalaku dengan tangan, dan pinggangku dengan kakinya. Kuajak ia berjalan keliling kamar mbak Peggy. Merintih si Desty bergoyang pantatnya terdorong pahaku yang melangkah maju bergantian. Semakin erat genggamn Desty, dan semakin memburur nafasnya. Kubuka handle pintu kamar mbak Peggy, kubuka pintunya, kuberjalan ke ruang tengah sambil menggendong Desty yang bergoyang goyang mencari kesenangannya. Kulihat Mbak Peggy di depan tv ruang tengah, melihat film porno asia, pemerkosaan gadis sekolah jepang di tv layar lebarnya. Kulihat mbak Peggy menatap layar sambil menerawang matanya. Pakainnya telah kebawah, tinggal bra di dadanya yang sedikit melorot juga, tanda kancing belakangnya telah terlepas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulihat kebawah, kaki mbak Peggy bergoyang-goyang mengapit kepala si Septi yang mengulum lekukan bawah tubuh mbak Peggy. Sambil bersandar dan melirik kami, mbak Peggy membenamkan kepala Septi dalam2. Mulut mbak Peggy terbuka, setengah bergoyang ia melambai kearahku. Mengajakku mendekat.</div><div style="text-align: justify;">Desty yang kugendong tambah mempererat genggamannya saat kulewati tv itu, membuat Desty melihat dan mendengar jelas teriakan, erangan dan tangisan kears gadis sekolah yang terpampang di tv, dikerjai oleh si pria dewasa. Desty mempercepat ayunannya dan kulihat matanya melotot melihat tv, mempererat jepitannya, merintih-rintih kemudian</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- ARrrghhhh!! AAAHhHHHHHHhhhh …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Badannya bergunjang dalam gendonganku, bergetar dan mengejang sesaat. Kemudian melapaskan tangan dan kakinya, hendak turun. Kubiarkan ia merosot ke bawah, ke lantai berselimut bulu tebal itu. Ia terbaring miring sambil tersenyum padaku. Mbak Peggy terpejam dan terbuka matanya bergantian, menikmati sapuan lidah dan hisapan si Septi yang setengah telanjang berbaring di bawah. Kutarik meja ke pinggir memperluas ruang tengah ini, kutarik kursi sofa kecil ke arah mereka berdua. Kuangkat gaun putih bagian bawah milik Septi. gaunnya di tengah tubuhnya sekarang bergantung, karena bagian atasnya sudah terlepas semua hingga pinggang. Tak kulihat celana dalam si Septi di badannya.</div><div style="text-align: justify;">Coba kuangkat sedikit pahanya, mengajaknya bersandar telungkup di kursi yang kusiapkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih melumat milik mbak Peggy, si Septi mulai melirik ke arahku. Kubuka sedikit pahanya, yang diteruskan dengan usahanya sendiri membuka lebar2 dan sedikit menungging bagian bawahnya. merangarahkannya kepadaku. Ah, segera kusiapkan pusakaku berganti lubang sekarang.</div><div style="text-align: justify;">Kumasukan perlahan. sempit. Septi menjerit kecil dalam benaman pangkal paha mbak Peggy.</div><div style="text-align: justify;">Perlahan kumasukan pusakaku yang basah ini memasuki lubang Septi. Wanita ini gemuk, sehingga membuat lubangnya sempit, atau ia jarang melalukan sehingga terasa sempit ?</div><div style="text-align: justify;">Perlahan tapi pasti, pusakaku sudah di dalam lubang Septi. kukoyak kesamping, kedorong kedepan, kebenamkan dalam-dalam ke bawah, kugoyang kesegala arah. Aku senang dinding pusakaku terpijit denyutan ruang dalam Septi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Ah!! pekiknya tertahan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lubang Septi, hampir sesempit lubang Ririn. Tapi kali ini ia memijit pusakaku di dalam, membuatnya berbeda dengan milik si Ririn. Kudorong terus si Septi, kuingin terus meraih sensasi di pijitan di ruang dalam miliknya. Tak beberapa lama, aku mulai gemetar, kupercepat gerakanku, kuperhatikan mbak Peggy yang terpejam matanya, terlentang lemas, Septi yang tidak mengulum kemaluan mbak Peggy, mulai terengah-engah, telungkup di kursi kecil. Badannya sedikit bergoyang sambil terus merapatkan pantatnya, berusaha keras menjepit pusakaku saat beraksi di lubangnya. Kurasakan si Septi ini yang paling lihai diantara mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan meremas pantatnya, kubenamkan dalam2 pusakaku ke lubang Septi, menegang paha dan lututku, mengeluarkan cairan hangat yang kutunggu dari tadi. Kusampai puncak nikmatku dengan wanita sintal tapi lihai ini. Kulihat ia tersenyum menoleh kepadaku, terengah engah membiarkan lubangnya tersiram air hangat dari dalam tubuhku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesaat sambil meluruskan kaki, terduduk di bawah bersandar sofa, aku merasa ada yang aneh saat kuperhatikan pusakaku masih bediri tegak. Aku sudah yakin mencapai puncak nikmat saat bersama Septi tadi, tapi pusakaku belum bergerak melingkar lemas kebawah. Kupegang, masih tegang dan kencang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuteguk cangkir minuman disampingku, kurasakan hangat tehnya, sambil menutup mata dan menyandarkan kepalaku ke sofa aku beristirahat memejamkan mata. Setengah sadar aku merasakan beban berat mendidihhku, bersamaan terjepitnya pusakaku kedalam lubang bawah wanita. Kurasakan semua gerakan ayunan dan goyangan cepat berlangsung lama di atasku bersamaan dengan pekik panjang suara si Septi. Tak lama setelah mengangkat badannya, kembali aku tertindih berat tubuh wanita yang membenamkan pusakaku ke dalam liang lubang wanitanya. Kudengar suara mbak Peggy sekarang terengah dan menjerit terus menerus. Mulai kudengar pula suara Desty ikut tertawa perlahan dan bergantian menindih tubuhku sambil menggoyangkan pangkal pahanya mencari kenikmatan. Mereka terus melakukan secara bergantian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya tak terdengar suara dan gerakan lagi …</div><div style="text-align: justify;">Kubuka mataku dan melihat mereka bertiga tertidur di karpet, semua dengan telanjang bulat.</div><div style="text-align: justify;">Kucoba bangkit, merasakan tenagaku mulai pulih, aku bergerak perlahan ke kamar mbak Peggy, sambil memperhatikan pusakaku yang masih terus berdiri tegak. Aku masih teringat Ririn, remaja belasan tahun yang masih sangat ingin kujamah dan mengolah tubuh molek kencangnya bersama lubang kenikmatannya yang sempit.</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5161586234481677849.post-65518544001324065992011-09-27T03:16:00.001-07:002011-10-27T06:15:50.076-07:00Cerita Seks Dengan Lesbian Yang Perawan<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita seks ini awalnya ga ingin kuceritakan, karena cerita dewasa seks ini sungguh membuatku ketagihan, cerita seks ini awalnya kudapatkan dengan tidak sengaja, ketika aku mendapati 2 orang wanita yang melakukan hubungan seks dengan bersamaan, alias lesbian, ya apalagi lesbiannya cantik2 banget dan masih perawan, akhirnya sebagai manuai atau cowok normal maka aku tergoda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Cerita ini berawal ketika windy, wanita cakep temenku di datengi adik kostnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">- mbak, mau kubantu ? – suara Ratih terdengar saat masuk ke kamar kostku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">- Walah ya jangan repot2, ini kan cuma ngebongkar titipan orang – sahutku</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sambil mengeluarkan macam2 kripik dari dalam kardus2 besar yang baru datang.<span class="fullpost"> - kubantuin makan, maksudku – sambung Ratih cekikikan.</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;">Sambil tersenyum aku mengeluarkan juga pakaian yang terlipat rapi dari kardus2 itu juga. Ratih tidak bisa diam melihatku mengeluarkan isi paket dari kerdus. Kubiarkan sesaat Ratih ikut mengatur memisahkan makanan kering, keripik, pakaian dan buku2. Aku teringat sesuatu, tapi terlambat…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Eih ?!? – Ratih memperhatikan 3 dvd di tangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Movie porno koleksiku ketahuan!!</div><div style="text-align: justify;">Ratih berdiri menghindar saat kucoba merebut dari tangannya. Ratih malah naik ke tempat tidurku, bersandar dan membolak balik gambar di covernya. Biarlah, kupikir Ratih juga sudah dewasa. Baru 2 semester berjalan sekolah menengahnya, Ratih sudah termasuk dewasa menurutku. Jika ternyata belum melihat hal2 seperti itu .. ya berarti masih lugu dan poloslah dia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- mbak Windy punya film begini ? pinjem ya mbak – katanya bangkit dari tempat tidurku langsung berjalan cepat ke pintu.</div><div style="text-align: justify;">- hati2 menyimpannya. – seruku sambil melanjutkan unpacking isi kardusku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lama juga memilah isi kardus dan menatanya ke lemari, meja dan kulkas kecilku. Setelah semuanya rapi, kuambil kaos longgar dan celana pendek, handuk serta perlengkapan mandiku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah mandi aku keluar kamar mandi, berjalan terus keluar kamarku sambil mengeringkan rambutku dengan handuk. Beberapa langkah setelah di depan kamar Ratih, kuketuk pintunya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan lilitan handuk membungkus pinggang hingga pahanya, Ratih membukakan pintu dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya. Dikuncinya pintu dan kembali memegang tanganku, menarikku ke depan tvnya. Seperti perkiraanku, Ratih masih melihat dvdku tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih tertayang seorang pria kulit gelap telanjang dan dua gadis asia setengah telanjang sedang beraksi di ruang kantor. Pria itu berlutut di depan gadis si rambut panjang yang duduk di kursi dengan paha terbuka lebar, kaki yang satu di atas meja. Dengan cepat pria itu menggoyang pantatnya maju mundur sementara si rambut panjang mencengkeram tangannya ke atas, memegang sandaran kursi di belakang kepalanya sambil berteriak seperti kesakitan. Branya telah terbuka menggantung di tangan kirinya. Buah di dadanya bergoyang seirama dengan kayuhan pantat si pria.</div><div style="text-align: justify;">Yang rambut pendek berusia belasan tahun terbaring di meja, dengan rok seragam sekolahnya telah tersingkap ke atas. Pahanya terbuka lebar, kakinya diatas meja, sementara kepala pria itu mencium dan menjilat pangkal paha gadis itu. Tangannya pun ikut bermain di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih diam saja saat kuberjalan ke kulkasnya, membuka dan mengambil setangkai anggur. Kututup kulkas dan memutar tubuhku menghadap tempat tidur, memperhatikan Ratih. Ia tak berkedip melihat tv, duduk di tepi tempat tidur, kaki kirinya di atas kaki kanannya, terlihat sedikit bergoyang. Terlihat pantatnya juga sedikit bergoyang memutar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih hanyut dengan tontonannya. Sambil tersenyum aku duduk di selahnya sekarang. Kuperhatikan dadanya naik turun agak cepat. Kubiarkan Ratih menonton movie itu sampai si pria berdiri dan menghadap meja, ke arah gadis sekolah rambut pendek itu. Pria itu mulai menggoyang pantanya lagi maju mundur di tengah pangkal paha yang terbuka lebar di atas meja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang kuganti cemilanku dengan minuman ringan dari kulkasnya. Belum habis minumanku, pria itu telah berteriak, memegang batang kemaluannya yang mengeluarkan cairan putih memenuhi wajah gadis itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuperhatikan Ratih, duduk tegak, tangannya menopang tubuhnya di tempat tidur. Kakinya sedikit terbuka pahanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang!! Dengan cepat kuraih handuk yang melilit bawah tubuhnya, kutarik lepas menyingkap bawah tubuhnya yang sekarang terlihat jelas. Ratih tidak mengenakan apa2. Ia terkejut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Eih!! mbak Windy!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangannya bergerak menutup pangkal pahanya. Saat akan berdiri, kutahan tangannya, sambil terseyum aku berkata</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- jangan ributlah, toh punya kita sama. – suaraku menenangkannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih mulai tersenym dan kembali duduk tenang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- tapi punyaku bulunya jarang mbak, masih halus. – tangannya membelah menyisir rambut bawahnya perlahan.</div><div style="text-align: justify;">- kalau punyaku sudah banyak keluar, tapi sering kucukur. enak kalau mulai tumbuh lagi, geli2 gimana gitu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku berdiri sekarang menghadap Ratih. Dengan santai kuturunkan sedikit calana pendekku, terlihat jelas Ratih memperhatikan milikku. Lalu ia membandingkannya sebentar dengan miliknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- ah mbak Windy sudah dewasa, dada mbak sudah bagus bentuknya.</div><div style="text-align: justify;">- kalau dadaku cuma segini – Ratih kemudian mengangkat baju atasnya, terlihat bra cup nya yang agak kedodoran.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kutarik ke atas kaosku, kulepaskan sekarang lewat kepala. Setelah meletakkan kaosku di atas tempat tidur, kupegang bagian bawah kedua buah dadaku, sedikit kuremas dan sedikit kuangkat ke atas, sedang kucoba kutontonkan pada Ratih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- punya mbak Windy bagus. mungkin paling bagus diantara anak2 kist sini. – katanya pelan.</div><div style="text-align: justify;">- besar, maksudmu ? – jawabku tertawa geli</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">lalu kuputar bagian belakangku menghadap cermin, menurunkan lebih ke bawah celana pendekku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- semoga pantatku juga indah ya – komentarku</div><div style="text-align: justify;">- padat mbak, apa yang itu disebut bahenol ? – tanya Ratih</div><div style="text-align: justify;">- hihihi – tak tahan ku tertawa geli dengan komntarnya. senang juga mendengarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku menungging sekarang, memperlihatkan dengan jelas kedua lubangnya di cermin.</div><div style="text-align: justify;">Ratih duduk bergeser, ikut memperhatikan apa yang tampak di cermin.</div><div style="text-align: justify;">Kutarik celanaku ke atas sekarang, lalu kududuk lagi disebelahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- punyamu sudah basah ? – tanyaku</div><div style="text-align: justify;">- apanya mbak ?</div><div style="text-align: justify;">- ya yang di bawah pusarmu, terasa basah gak ?</div><div style="text-align: justify;">- enggak tau – jawab Ratih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia kini bergerak mundur sedikit di tempat tidur. Lututnya diangkat ke atas, kedua kakinya di atas dipan sekarang, pahanya dibuka lebar-lebar, mempertontonkan pangkal pahanya. Kedua tangannya membantu membukanya hingga kini terkuak. Kulit dalamnya yang merah muda sekarang terlihat jelas, agak berlendir.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- sudah pingin pipis ? – tanyaku lagi.</div><div style="text-align: justify;">- tadi pingin sih, tapi bukan pingin pipis rasanya. enggak tau gimana gitu – jelas Ratih.</div><div style="text-align: justify;">- tapi sudah basah kan ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuambil handuk dan mengusap pangkal pahanya. Ratih diam saja. Kupijit perlahan sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- sudah mencoba memasukan ke lubangnya ? – tanyaku lagi perlahan</div><div style="text-align: justify;">- apaan ? apa maksud mbak Windy ?- tanyanya</div><div style="text-align: justify;">- mungkin jarimu kau masukan ?</div><div style="text-align: justify;">- tadi memang pingin memegangnya, terasa enak terus keterusan memegangnya. – jelasnya</div><div style="text-align: justify;">- makanya kulepaskan celanaku biar enak mengusapnya – jelasnya lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terlihat pantat Ratih mulai sedikit bergoyang goyang. Aku tidak menghentikan usapan dan pijitanku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- enak diusap ? – tanyaku lagi.</div><div style="text-align: justify;">- tadinya sih – jelas Ratih.</div><div style="text-align: justify;">- kalau sekarang ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih diam, mencoba menikmati usapanku di bawah perutnya.</div><div style="text-align: justify;">Kugeser dudukku sekarang, mendekat. kubelai rambutnya, kusisir perlahan. sesekali kuusap juga telinganya. Ratih diam, menatapku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang tanganku tanpa handuk membelai pangkal paha Ratih, bagian sensitif wanitanya, perlahan naik turun, sesekali membuka lipatannya menyentuh tonjolan kecil di dalamnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih memjamkan mata. nafasnya mulai terdengar jelas berirama agak cepat.</div><div style="text-align: justify;">Kakinya kubuka lebar2, dengan tangan kiriku kupercepat usapan di pangkal paha Ratih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hsss … mbaaak – Ratih mendesis, merebahkan tubuhnya di tempat tidur sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kugerakkan tangan kananku ke arah dadanya sekarang. Perlahan kuangkat cup penutup buah di dadanya. kuusap-usap ujung kecil di buah dadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hmmm … hssss – Ratih bersuara tak jelas</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangannya memegang tanganku yang di dadanya. Hanya memegang. Aku sekarang meremas buah di dada Ratih yang masih ranum itu. Tangan kiriku kupercepat mengusap pangkal pahanya.</div><div style="text-align: justify;">Ratih mulai melepaskan nafasnya pendek berirama cepat sambil bersuara</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haah!! haah!! haah!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kupercepat tangan kiriku mengusap daging kecil di celah2 pengkal paha Ratih.</div><div style="text-align: justify;">Perlahan jari tengahku mengusap sekeliling lubang kecil di bawahnya. Sesekali mencoba masuk</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- mbaak!! Haah!! Haah!! mbak Windyyy!! haah!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan ibu jari tangan kiriku aku kini mengusap daging kecilnya, sementara jari tengahku mencoba masuk ke lubang bawahnya. semakin cepat gerakanku, Ratih kini bergoyang pantatnya. Terus bergoyang mengikuti iramaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Telah masuk setengah jari tengahku di dalam pangkal paha Ratih. Mulai basah jariku itu, tapi tetap tertahan tak bisa masuk lebih jauh.</div><div style="text-align: justify;">Dengan jangkauan sedikit masuk ke dalam itulah aku menggerakkannya keluar masuk</div><div style="text-align: justify;">Semakin cepat, cepat, lebih cepat, kutambah kecepatannya …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- mbaaaak Windyyyyy !! – Ratih menyebut namaku dengan menjerit kecil</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tubuhnya bergetar. Bukan bergoyang seperti tadi, tapi bergetar, mengejang, otot pangkal pahanya menegang, tangan keduanya menangkap tanganku yang bergerak cepat di bagian bawah tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian diam tak bergerak, kecuali nafasnya naik turun seperti berlari kecil.</div><div style="text-align: justify;">Tanganku sudah diam sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- basah ya ? aku ngompol ya ? tadi seperti pipis rasanya …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuambil handukku tadi, kuusap lagi ke bagian penting Ratih itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- enak Ratih?!?</div><div style="text-align: justify;">- hmmm … gimana ya rasanya … – jawabnya masih telentang.</div><div style="text-align: justify;">- punyaku juga sedikit basah lho</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih bangkit, duduk sekarang. menatapku lalu memperhatikan bawah pusarku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- terus aku musti gimana ? – tanyanya</div><div style="text-align: justify;">- coba kau ganti dan putar film dvdku. yang India ya ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku beranjak dari tempat tidur ke meja rias Ratih. Ratih dengan cepat mengganti dvd dengan film yang kumaksud. Kuraih sisir sikat Ratih yang dari karet lunak, kududuk lagi di dipan.</div><div style="text-align: justify;">kuraih remote dvd, dan kupilih scene yang paling tengah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Langsung tampil seorang pemuda keturunan India yang telah telanjang bulat, mengikat wanita berdarah India juga yang kini telanjang bagian bawah tubuhnya. Wanita berambut pendek seperti lelaki itu menangis di tepi tempat tidur, kedua tangannya terikat di satu sudut atas tempat tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kugesekkan pangkal sisir sikat Ratih pada pangkal pahaku berulang ulang.</div><div style="text-align: justify;">Ratih yang memperhatikan kegiatanku juga mulai duduk sambil sesekali melihat film itu.</div><div style="text-align: justify;">Aku ikut merasakan nikmatku saat pemuda itu memasukan tongkat kehidupan di bawah pusarnya dengan paksa ke gadis yang terikat itu. Bersaamaan itu juga masuklah pangkal pegangan sisir sikat Ratih ke dalam lubang bawahku. Terasa sesak lubangku dipenuhi pangkal sisir itu yang semakin masuk, semakin lebar pangkal sisir itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- AArhhhhh!! – aku merasakan nikmat saat kutarik dan kumasukan lagi berulang-ulang</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ratih di sebelahku mulai mengusap bawah perutnya juga, mengikuti iramaku. Ratih duduk terbuka lebar lagi sambil memperhatikanku dan tv bergantian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nikmat yang kurasakan menambah sensasi kami berdua saat wanita di tv mulai berteriak2 menangis menjerit-jerit. Sisir itu telah cepat keluar masuk membantuku mencapai nikmat yang kucari.</div><div style="text-align: justify;">Ratih mulai mengerakkan jemarinya ikut2 memasuki lubangnya sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tambah cepat nafasku saat melihat Ratih mulai bergoyang menikmati usahanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wanita di tv terlihat megejang, sementara pemuda itu menghentikan kegiatannya tuk berganti posisi, menduduki paha wanita itu dan mencoba memasuki lubangnya dengan pusaka miliknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haaah!! mbaaak!! – Ratih merintih, saat tanganku ikut meremas dadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku bergerak cepat, menggeser dudukku mendekati Ratih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haah!! bantuin Ratih!! haah – seruku</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kudekati tangan Ratih yang menyangga tubuhnya, kuraih dan kuarahkan ke sisirnya sendiri yang keluar masuk di lubang kenikmatanku.</div><div style="text-align: justify;">Ratih yang sekarang ikut memegang sisir itu, melai mengikuti irama tanganku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haah!! haah!! yang cepat!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang kubiarkan Ratih sendiri yang melakukannya. Kubuka pangkal pahaku lebar2 menghadapnya, kuangkat sedikit lubangku, kini Ratih mulai mempercepat tusukannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- HAAAAHHH!! – suaraku keluar saat tanganku bergerak,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">mengusap dan menekan daging kecil di dalam lipatan bawah tubuhku. Ratih tetap menusukku dengan irama yang kurasa bertambah lama bertambah cepat. Nikmat dan sensasi yang luar biasa, terbawa suara di tv yang nyaring. Benar2 terasa penuh lubangku saat Ratih membenamkannya, dan terasa nikmat sensasinya saat Ratih menarik dan membenamkannya lagi dengan cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak kuasa aku menahan getaran dan kejangnya otot di seluruh tubuhku saat puncak nikmat yang kucoba raih itu datang …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- AAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHH !!!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Betul2 serasa mengeluarkan kepuasan yang tiada tara melalui bawah tubuhku …</div><div style="text-align: justify;">Kubiarkan Ratih menusuk lubangku beberapa kali, lalu kutahan dengan kedua tangannku mencoba menghentikannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tangan Ratih yang satu masih menusukkan jemarinya ke lubang miliknya dengan cepat sekali. Ia terlihat ingin juga menikmati puncak permainannya. Tak beberapa lama sebelum sempat kubantu …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hah!! hah!! HAHH!! HHAAAA!! HAAARRGHHH!!! MBAAAAAAAAKKKK!!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">tubuhnya menegang, bergetar sesaat, perutnya naik turun cepat, kemudian merangkulku. Kami berbaring sekaarang, aku tertindih tubuhnya yang penuh keringat. Masih merangkulku dan menyandarkan kepalanya, terdiam tak bergerak.</div><div style="text-align: justify;">Bebearpa saat kemudian Ratih sesenggukan menangis …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- huhuuu – berbisik ia dalam tangisnya</div><div style="text-align: justify;">- aku sudah tidak perawan lagi ya? Huuu huuu … -</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuangkat tanganya yang dipakainya sendiri, kuperhatikan ada lendir membasahinya dan sedikit merah …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- entahlah Ratih, aku tidak yakin itu darahmu, tetapi tenang sajalah, kau sudah memdapat apa yang kau cari tadi – bisiku perlahan …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah beberapa lama kami berpelukan, aku mulai meninggalkannya di tempat tidur, merapikan celanaku dan mengenakan kaosku. Kuambil handukku, dan bergerak keluar kamarnya, masuk lagi ke kamarku tuk mandi lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">—–</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Begitu deh mas ceritanya – berbisik Windy perlahan</div><div style="text-align: justify;">- Lu gila ya Windy, cerita detail begitu ke gue ? – tanyaku perlahan sambil tersenyum.</div><div style="text-align: justify;">- Lah, kan mas sendiri yang ingin dengar ceritanya.</div><div style="text-align: justify;">- Iya, tapi aku sekarang kan bingung mau ke mana. Pelabuhanku sekarang sedang ke Manado, yang lain di Singapore dengan bossnya. Yang lain sedang terbang dengan flight maskapainya. Kemana kapal selamku musti berlabuh? Ah dasar kau sukanya bikin pusing – kutatap matanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kusandarkan badanku ke kursi, kutarik kedua tanganku menopang kepalaku.</div><div style="text-align: justify;">Windy menggeser kursinya, dari hadapanku tadi, sekarang kursi yang beroda itu telah berada di sebelahku. Sambil mendekatkan wajahnya ia tersenyum sambil berbicara perlahan :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- asyik kan ceritanya ?</div><div style="text-align: justify;">- Untung gak ada yang dengar ceritamu tadi. – kataku sambil memperhatikan kiri kanan.</div><div style="text-align: justify;">- Hari Sabtu begini, kantor ini biasanya sepi mas. Jarang ada yang lembur sampai sore begini.</div><div style="text-align: justify;">- Kalau bukan karena menemani mas membackup data akuntasi perusahaan ini tiap hari Sabtu, aku juga gak bakal ke sini mas.</div><div style="text-align: justify;">- Lah, bukannya tiap minggu kamu ke sini ngeberesin pembukuan ?</div><div style="text-align: justify;">- hiyo hiyo. terserah deh mas. tapi sekarang pokoknya sepi. tenang aja. office boy kan sekarang doyan maen facebook mas.</div><div style="text-align: justify;">- mas aja yang freelance di sini tidak memperhatikan. mas cuma hari2 tertentu sih datang ke kantor kami.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kulirik Windy sekarang. Ia masih memajukan tubuhnya ke arahku. Terlihat bibir merah mudanya yang basah, kemeja atasnya yang ketat sekarang memperlihatkan belahan dadanya yang indah.</div><div style="text-align: justify;">Matanya menatapku tak berkedip. Windy memperhatikan mataku melirik dadanya, turun ke paha seakan menelanjangi tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;">Kuturunkan tanganku sekarang, dengan jarak dekat begini kuraih rambut di atas telinganya.</div><div style="text-align: justify;">Kusisir pelahan kebelakng. Windy bergerak mendekat, meletakakan tangannya dipahaku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Segera kutarik kepala Windy, kucium bibirnya, kuhisap dalam2, lidahku juga mencoba melumat rongga mulutnya.</div><div style="text-align: justify;">Kuhentikan ciumanku, terlihat mata Windy terpejam dan sedikit terbuka mulutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Di mana ruang meetingmu ? – kubertanya sambil mengajak Windy berdiri, menarik tangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy berjalan cepat ke arah ujung ruangan yang luas ini. Kulewati lorong kerja disekitar meja kerja karyawan kantor ini. Di salah satu meja yang komputernya menyala terlihat pemuda yang sedang mengetik di keyboard, berinteraksi dengan monitornya yang menampilkan facebook. Office boy sedang sibuk sendirian sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pintu paling ujung telah terbuka, dan Windy menahannya menungguku masuk.</div><div style="text-align: justify;">Setelah melewatinya, terdengar pintu tertutup perlahan dan kudengar suara kunci diputar.</div><div style="text-align: justify;">Sekarang ku berdiri menghadap meja besar di ruangan kecil ini. Terlihat Windy bergerak cepat menutup gorden jendela di dua sisi ruangan ini. Meskipun siang, terasa remang cahaya yang masuk sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy berjalan ke arahku, memutari meja sekarang. Tangannya bergerak melepaskan kancing baju atasnya. Sesampai di depanku Windy hanya mengenakan bra, memperlihatkan buah di dadanya yang besar dan indah tertopang bra gelapnya. Ia kini duduk di atas meja menghadapku.</div><div style="text-align: justify;">tangannya kebelakang sesaat, kemudian terlihat rok bawahnya mulai longgar pinggangnya.</div><div style="text-align: justify;">Sambil mendekat, kubuka resleting celanaku jeansku.</div><div style="text-align: justify;">Kuraih kedua tangannya dan kutarik menyuruhnya turun meja. Rok bawahnya sekarang terlepas saat Windy berdiri menghadapku.</div><div style="text-align: justify;">Kuraih kursi dan kuajak dia berlutu sementara aku duduk di kursi itu. Kuhadapkan kursi ke arahnya, kuperlebar ruang resletingku dengan menarik sampai ujung bawah, lalu kuturunkan celana dalamku. Kuraih pusakaku yang setengah berdenyut itu. Batang pusakaku kini telah menjulang keluar diantara delah resleting.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hmmm – Suara Windy terdengar, saat meraihnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Geli dan nikmat langsung mengalir dalam aliran darahku saat Windy mulai memasukan dalam mulutnya. Kepalanya mulai maju mundur, dan tangannya mulai melepaskan kaitan ikat pinggangku. Dibukanya kancing atasnya dan kini dengan sedikit membungkuk Windy sekarang telah menaik turunkan kepalanya, menelan ujung pusakaku sampai terasa sangat geli sekarang.</div><div style="text-align: justify;">Kusandarkan tubuhku, dan kuraih kepala Windy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- oowwhh – tambah geli aku sekarang, saat mulutnya menjepit pusakaku sambil naik turun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kubiarkan ia memijit pangkalnya sekarang. Perlahan ia mulai mengurutnya ke atas dan menekannya ke bawah. Lalu bertambah cepat. Dan sekarang lebih cepat lagi.</div><div style="text-align: justify;">Sungguh nikmat yang terkira di gedung ini kurasakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- iihh – aku terkejut</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasa sensasi nikmatku bertambah saat Windy menhisapnya.</div><div style="text-align: justify;">Terasa beberapa detik cepat berlalu, berlomba dengan gerakan Windy. Segera kulepas kekangan yang kutahan semenjak mendengar cerita Windy dari tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ujung nikmatku telah sampai. Kubenamkan kepala Windy ke pangkuanku, tak kulepas saat kusemburkan energi di bawah pusarku. Windy memejamkan mata saat menghisap semua energiku, menelannya dan menyapu sisanya dengan lidahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bukan main … ada kenangan baru aku di hari Sabtu ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- enak mas ? – Tanya Windy sambil mengusap mulutnya</div><div style="text-align: justify;">- sebentar ya. – Windy berdiri, ke arah lemari kecil.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dituangnya air di gelas dan meminumnya satu dua teguk. Kemudian disodorkan ke arahku.</div><div style="text-align: justify;">Kusambut. Kuraih pergelangan tangannya yang memegang gelas. Aku berdiri dan memutar tubuhku sambil menarik Windy untuk duduk di kursiku tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy meletakkan gelasnya di meja, dan langsung memegang kepalaku yang sudah menyeruduk masuk ke pangkal pahanya. Celana dalam hitamnya telah kutekan dengan wajahku menusukan hidungku ketengah tengahnya. Tercium wangi kainnya. Kugosok gosokkan mukaku ke situ. Berputar putar, naik turun, kiri kanan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- huaaahh … massss</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perlahan tanganku ke pinggulnya, menarik ke bawah kain celaan dalamnya. kuturnkan sampai matakaki. Windy menggerakan sendiri kakinya hingga terlepas kain itu.</div><div style="text-align: justify;">Saat kuangkat kepalaku menatapnya, terlihat buah di dada Windy mulai menarik keinginanku meremasnya. Kubuka bra hitamnya. Kuremas2 keduanya. Windy mendesah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuputar kursinya, Windy sekarang kurangkul dari belakang di tempat duduknya. Kuremas sekali lagi dadanya. Kupijat dan kuremas hingga keujungnya. Windy mengangkat kepalanya ke atas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haaahhhhsssss maassss</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kutarik kuajak berdiri dia sekarang. Kuangkat satu kakinya dan kunaikkan ke kursi. Kuremas pahanya. Kuremas atasnya sedikit. Perlahan remasanku naik, hingga ke paha bagian dalam di pangkalnya. windy menggigil</div><div style="text-align: justify;">Perlahan remasan dan pijitanku sudah sampai ke pangkal pahanya. sudah sampai ke belahan bawah pusarnya. Kupermainkan daging kecil itu. Ia melenguh mengeluarkan udara lewat mulutnya.</div><div style="text-align: justify;">Windy menarik tanganku. Ia beringsut sedikit ke meja, lalu duduk di meja menghadapku. Agak bergeser sedikit, ia sekarang mengangkat kedua kakinya di meja lebar itu. Windy melebarkan pahanya ke arahku. Terlihat rapi sisiran bulu bawahnya menutupi lipatan bagian vitalnya.</div><div style="text-align: justify;">Windy merebhakan dirinya ke meja sambil bergerak menanti gerakanku selanjutnya.</div><div style="text-align: justify;">Segera saja kutarik kursi duduk, menghadap meja, memeluk kedua pahanya dan membenamkan mukaku kebelahan tengah tubuh bawah Windy …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- shayyhhaaanggg !!! hooooohhhhh!!! – serunya berulang ulang beberpa lama</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy bergetar, saat kumulai menjiat bagian2 penting di area lubang itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- huuooh!! hah!! ssshhhh hhaah !!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy terus mengeluarkan suara saat kujilat dengan lidahku yang bergerak cepat di situ.</div><div style="text-align: justify;">Kuturnkan tanganku dan mulai mengurut pusakaku yang mulai setengah tegang lagi itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- haah!! mass!! saa … yaaang!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Windy berceloteh tak jelas …</div><div style="text-align: justify;">Lidahku lebih cepat bergerak sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- yes mas !! huuuuh !!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuhentikan jilatanku, aku berdiri sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hhmmmm … mmmm … – Windy mengerang,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">badannya bergoyang, menyodorkan lubang miliknya ke arahku. matanya terpejam, kedua tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya.</div><div style="text-align: justify;">Kutempelkan ujung pusakaku langsung di pintu masuk lubang Windy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hooh yes mas … sekarang sayang …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kumasukkan kepala pusakaku ke lubang berlendir itu. kutarik lepas dan segera kumasukkan lagi kepalanya. berulang ulang dengan irama yang semakin cepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- hah!! hah!! haahhh!! – nafas Windy memburu gerakanku</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">beberapa saat kemudian, kumasukkan semua pusakaku, kubenamkan semua ke dalam lubang Windy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- aaauuwwooooooooohh – mulut Windy makin bersuara memikat</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akhirnya kusaat kubenamkan dalam2 itulah aku segera melakukan getaran sedikit menarik dan dengan penuh memasukkannya. Kjulakukan sangat cepat iramanya, secepat gerakan drill bor yang sangat cepat itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- HAUW HAUW HAUW HAUW …. – suara Windy terdengar ikut bergetar cepar</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kutambah getaranku dan kupercepat</div><div style="text-align: justify;">Segera saja Windy bergetar, menggelijang, menegang otot perut dan pahanya, mulutnya terbuka tak bersuara … kemudian tangannya mengangkat pahanya, ikut2 bergetar sesaat lagi …</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuhentikan kegiatanku, kubiarkan Windy meresapi nikmatnya di atas meja meetingnya. Kulepaskan pusakaku, dan kuremas2 tuk menjaga tetap tegang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemuian kutarik kakinya turn meja, kuraih tangannya mengajak berdiri. kuputar badannya dan kuarahkan menungging, tangannya memegang pinggir meja. Kuarahkan pusakaku dan mulai kudororong memasuki lubang Windy sekali lagi. Windy mendesah sekali lagi. sampai ia berjinjit berdirinya, menopang tubuhnya dengan jari kakinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kuteruskan kegiatanku menghujam lubang milik Windy dengan pusakaku, dengan sebentar sebentar berganti posisi. Dari menungging di pinggir meja, berpindah ke kursi, kemudian menungging di karpet. Hingga akhirnya Windy teelentang di karpet dengan kaki berlipat di atas tubuhnya, menahan tubuhku di atasnya yang naik turun secara cepat menindih Windy. Di posisi demikian aku merasakan kenikmatan memenuhi lubnag Windy dengan pusakaku, mengoyaknya, memutar dan bergetar cepat menekan pangkal pahanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hingga akhirnya kucapai lagi ujung kenikmatan yang memuaskanku sekali lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lelah aku telentang di karpet ruang meeting itu tuk beberapa saat. Sampai kuingatkan Windy tuk memperhatikan cahaya luar gedung yang telah mulai gelap, senja mulai tiba. Waktunya tuk meninggalkan gedung ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- makan malam di kostku aja ya mas …. – tangannya masih memeluk erat salah satu tanganku.</div><div style="text-align: justify;">- lah emang kau masak apa ? seharian kita di kantormu begini – candaku di dalam lift.</div><div style="text-align: justify;">- kita di Tebet mampir ke McD lalu kita makan di kakamarku.</div><div style="text-align: justify;">- Ok, aku ke pos satpam dulu nitip motorku tuk parkir lama ya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesampai di kamar Windy di kostnya, bukannya makan pesanan makanan yang kami bawa,</div><div style="text-align: justify;">Windy sudah berinisiatif melucuti pakaianku, berusaha membangkitkan garirahku dan kita bergumul di ranjangnya. Setelah aku dan Windy terlentang menikmati puncak kepuasan yang tercapai, rasa lapar kami datang lagi. Sambil makan, Windy menawariku menginap.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- ini kunci cadangan kamarku. – Windy menyodorkan anak kunci.</div><div style="text-align: justify;">- besok malam mas masuk sini aja duluan kalau aku belum nyampai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lah, ini pemaksaan secara halus, pikirku. Kuterima kuncinya, dan menyalakan tv menyaksikan film lepas yang tayang malem itu. Setelah film selesai, Windy menggantinya dengan salah satu dvd nya. Dari covernya aku sudah bisa menebak, film apa yang bakal kulihat sekarang.</div><div style="text-align: justify;">Ditengah film panas Windy itu terlihat Windy melepaskan lagi dasternya kemudian menciumi perutku dan bawah pusarku. Melepaskan celanaku dan mengulum lagi pusakaku. Akhirnya dibantu film dan usaha Windy itulah aku bisa mulai menyambut ajakan Windy lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terasa Windy seperti ketagihan dengan apa yang diperolehnya malam Minggu ini. Ia selalu menginginkanku memuaskannya, meskipun aku kelelahan. Kubantu Windy mencapai ujung pencapaiannya hingga terasa sampai energiku habis kuekspose malam itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ditengah lelapnya tidurku, jam alarm Windy membangunkam kami di siang hari, segera aku bergerak hendak mandi. Belum sampai aku berdiri dari tempat tidur, Windy sudah merangkulku dari belakang dan tangannya turun ke arah bawah pusarku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fenomena pagi kaum laki2 inilah yang ternyata di tunggu Windy. Pusakaku memang sedang tegang dan kencang sekali saat bangun pagi ini. Ini juga yang selanjutnya membuat Windy merintih dan mengerang dalam usahanya mencapai kepuasannya. Windy duduk di bawah pusarku sambil menggesekan pangkal pahanya maju mundur, mememuhi lubangnya dengan pusakaku. Dan Windy berulang-ulang memulainya lagi meskipun ia telah mencapainya berulang ulang. Di pagi ini juga aku bisa memberitahu Windy melalui kemampuanku, jika aku bisa membantunya mencapai kenikmatan dan puncaknya berkali-kali sebanyak yang dia mau. Aliran darahku sedang lancar, konsentrasiku masih segar, nafasku dapat kuatur menjaga jantungku memompa tekakan darahku menstabilkannya. Selalu kupercepat gerakanku tuk menggetarkan lubang di bawah tubuh Windy, yang membuatnya senang menggelinjang mencapai kenikmatannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hingga akhirnya Windy menyudahi ketagihannya, mencapai klimaks terakhinya saat di kamar mandi. Di depan tubuh Windy yang duduk di toilet itulah aku mengakhirinya. Kuhujamkan dengan cepat getaran pusakaku di pangkal pahanya yang terbuka lebar itu. Semprotan air hangat di shower yang kuarahkan ke bawah pusarnya membuatnya berteriak menggigil, bergoyang tubuhnya menggelepar, bergetar otot pahanya, tangannya dengan keras meremas pantatku. Kuakhiri juga nikmatku, mencapai kepuasanku dengan menyemburkan cairan energiku dalam lubang istimewa milik Windy yang terengah-engah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sudah berapa bulan aku melewatkan kesempatan seperti ini sejak betemu dan berkenalan dengannya? Kalau saja aku lebih sadar melihat peluang dan kesempatan.</div><div style="text-align: justify;">Entahlah, tapi aku punya semangat hidup yang lebih tinggi lagi sekarang …</div></span></span>U A Nhttp://www.blogger.com/profile/13570070592502020552noreply@blogger.com0